Keanekaragaman hayati; Protokol Nagoya Resmi Berlaku

- Editor

Selasa, 14 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejarah terjadi ketika Protokol Nagoya yang mengatur sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional tentang sumber daya itu mulai berlaku Minggu (12/10). Protokol tersebut bertujuan meningkatkan kesempatan berbagi sumber daya keanekaragaman hayati secara adil dan seimbang.

Peristiwa itu terjadi di tengah berlangsungnya Pertemuan Para Pihak (COP) Ke-12 pada Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (CBD) di Pyeongchang, Korea Selatan, 6-17 Oktober 2014. Protokol diratifikasi 51 negara, dengan dua negara (Vanuatu dan Uruguay) meratifikasi kemarin.

Ada tiga tujuan Protokol Nagoya. Dua tujuan adalah konservasi keanekaragaman biologi dan penggunaan komponen kekayaan keanekaragaman biologi secara berkelanjutan. Protokol Nagoya diadopsi pada COP-10 di Nagoya, Jepang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Protokol Nagoya tentang Pembagian Akses dan Manfaat (ABS) merupakan kerangka kerja legal mengatur akses dan penggunaan sumber daya genetik (SDG) untuk tujuan komersial, riset, atau lainnya yang harus dilakukan berdasarkan kesepakatan dua pihak, pemilik SDG, dan pengguna. Sumber daya genetik bisa berupa tumbuhan, satwa, bakteri, atau organisme lain.

Seiring berlakunya protokol itu, akan ada insentif bagi pihak yang menjaga keanekaragaman genetik, hayati, dan pengetahuan tradisional.

Direktur Eksekutif Badan PBB untuk Program Lingkungan (UNEP) Achim Steiner mengatakan, ”(Protokol) Ini mengingatkan bahwa Target Aichi dalam jangkauan kita.” Target itu, antara lain, menurunkan angka kepunahan hayati.

”Yang paling penting, protokol ini membuka kesempatan membangun ekonomi secara lebih berkelanjutan dan nilai dari sumber daya alam akan dihargai,” ujar Braulio Ferreira de Souza Dias, Sekretaris Eksekutif CBD.

Seiring pemberlakuan Protokol Nagoya itu pula, operasionalisasi rumah rujukan ABS (ABS-Clearing House/CH) juga berlaku. Indonesia kini baru memiliki RUU Pengelolaan Sumber Daya Genetik.

Pada COP-12, pengetahuan dan praktik dalam masyarakat adat dan lokal diakui sebagai kunci penting menghentikan laju kepunahan keragaman hayati. Itu juga salah satu cara membangun secara berkelanjutan.

”Kerja kolektif yang dilakukan masyarakat adat dan masyarakat lokal merupakan kontribusi besar untuk mencapai tujuan konvensi keanekaragaman hayati serta target Aichi,” ujar Dias. ”Merekalah penjaga keragaman hayati selama ratusan tahun. Namun, hak mereka sering kali tidak diakui,” katanya, pekan lalu.

Ahish Kothari dari Indigenous People and Community Conserved Areas and Territories (ICCA) mengatakan, ”Konvensi ini merupakan forum penting mengartikulasikan isu hak-hak masyarakat adat.” (UN-CBD/ISW)

Sumber: Kompas, 14 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB