Hadiah untuk Neurosains; Tiga Ilmuwan Mendapat Hadiah Nobel Kedokteran 2014

- Editor

Selasa, 7 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tiga ilmuwan di bidang neurosains meraih Hadiah Nobel Kedokteran 2014 atas temuan mereka tentang sel-sel yang membangun sistem penentu posisi di dalam otak. Mereka adalah John O’Keefe dan dua ilmuwan lain, yakni May-Britt Moser dan Edvard I Moser.

Sekretaris Jenderal Komite Nobel Goran K Hansson, yang juga profesor bidang riset kardiovaskular eksperimental, mengumumkan hal itu di Gedung Forum Nobel, Institut Karolinska, Stockholm, Swedia, Senin (6/10) pukul 11.30 waktu setempat. Acara tersebut dihadiri jajaran Komite Nobel, ilmuwan, dan para jurnalis dari seluruh dunia. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Evy Rachmawati, dari Stockholm.

Menurut Hansson, selama ini manusia mempertanyakan, bagaimana kita tahu di mana kita berada, bagaimana kita dapat menemukan jalan dari satu tempat ke tempat lain, dan bagaimana kita bisa menyimpan informasi tersebut. Atas dasar itu, Hadiah Nobel tahun ini diberikan atas penemuan tentang sistem penunjuk posisi semacam GPS internal di dalam otak yang memungkinkan manusia mengetahui orientasi tempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada 1971, O’Keefe, ilmuwan Inggris-Amerika, menemukan komponen pertama sistem penentu posisi itu. Ia menemukan bahwa tipe sel saraf tertentu di area otak yang disebut hippocampus seekor tikus selalu aktif saat tikus itu berada dalam salah satu bagian ruangan. Sel saraf yang lain juga teraktifkan saat tikus berada di bagian lain ruangan. O’Keefe pun menyimpulkan bahwa ”sel-sel tempat” (place cells) ini membentuk peta ruangan di dalam otak.

Peraih Hadiah Nobel Kedokteran 2014Lebih dari tiga dekade kemudian, yakni pada 2005, pasangan suami istri May-Britt dan Edvard Moser menemukan komponen kunci lain sistem penentu posisi pada otak. Mereka mengidentifikasi tipe lain sel saraf yang mereka sebut ”sel kisi” (grid cells) di bagian entorhinal cortex otak tikus.

Fungsi sel-sel tersebut adalah membentuk sistem koordinat dalam bentuk kisi-kisi semacam garis bujur dan garis lintang yang menetapkan posisi dan navigasi secara akurat.

Menurut Hansson, temuan ketiga ilmuwan itu telah menjawab pertanyaan para filsuf dan ilmuwan selama berabad-abad, yakni bagaimana cara otak memetakan lingkungan di sekitarnya dan memandu navigasi dengan benar di sebuah lingkungan yang kompleks.

Penemuan di tingkat fundamental ini memang tak secara langsung memunculkan teknik pengobatan baru. Meski demikian, pengetahuan mengenai sistem pengenalan posisi pada otak ini bisa membantu menjelaskan mengapa orang yang terkena stroke atau demensia bisa kehilangan kesadaran spasial.

Penemuan ini juga memberikan pemahaman bagaimana sel- sel khusus bekerja bersama dalam menjalankan fungsi kognitif. Itu membuka pandangan baru tentang pemahaman proses kognitif lain, seperti memori, pemikiran, dan perencanaan.

Andrew King, profesor neurofisiologi di Universitas Oxford, Inggris, mengatakan, hasil penelitian O’Keefe telah merevolusi pemahaman tentang bagaimana otak memahami ruang.

Para pemenang akan berbagi hadiah berupa uang sebesar 8 juta krona Swedia (Rp 13,5 miliar) atas prestasi mereka itu. (AFP/Reuters/AP/ADH)

Sumber: Kompas, 7 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB