Bank Dunia bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia menguji inisiatif tungku sehat hemat energi dari lima belas industri. Industri dengan model yang lolos uji dan berhasil memasarkan produk tungku akan diberi insentif.
Pemimpin Satuan Tugas (Task Team Leader) Clean Stove Initiative (CSI) dari Bank Dunia Yabei Zhang mengatakan, kegiatan itu untuk mendorong masyarakat mengurangi penggunaan biomassa tradisional, terutama kayu bakar, untuk memasak. Selain tak efisien, biomassa tradisional menimbulkan polusi udara.
”Dari 60 juta rumah tangga di Indonesia, 40 persennya sangat bergantung pada biomassa tradisional untuk memasak,” kata Zhang dalam diskusi tentang tungku sehat hemat energi (TSHE), di Jakarta, Rabu (13/8). Terkait aktivitas itu, setiap tahun terdapat 165.000 kematian dini di Indonesia (data the Global Burden of Disease Study 2010).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain penyakit sistem pernapasan, aktivitas itu memicu masalah jantung dan katarak.
Untuk menyiapkan dan mengimplementasikan program tungku sehat, Bank Dunia mengucurkan hibah 300.000 dollar AS (sekitar Rp 3 miliar dengan kurs Rp 10.000) kepada pemerintah. Dari jumlah itu, 190.000 dollar AS di antaranya diberikan kepada Bank BRI sebagai bank penyalur insentif industri.
Zhang mengatakan, Februari lalu, satuan tugas CSI menerima proposal dari industri yang berminat mengembangkan dan memasarkan produk TSHE. Bulan September, industri yang lolos akan diumumkan. Nantinya, bahan bakar TSHE adalah biomassa ramah lingkungan, seperti briket atau pellet dari limbah kayu. Model tungku dari ke-15 industri diuji di laboratorium untuk mengukur kesesuaian tungku dengan standar TSHE. Standar itu, antara lain, adalah efisiensi panas untuk memasak minimal 25 persen, minim karbon dioksida, dan tahan setidaknya satu tahun.
Karena baru sebatas percobaan, target produk TSHE yang akan dipasarkan hanya 5.000 unit-7.000 unit. Konsultan Senior Akses Energi Bank Dunia Voravate Tuntivate mengatakan, area pemasaran produk difokuskan di Pulau Jawa.
Iwan Baskoro, Lead Technical Advisor StovePlus, mengatakan, industri yang berminat ikut bervariasi, mulai dari skala kecil, menengah, hingga besar, serta dari dalam dan luar negeri. ”Jangan membayangkan desain tungku akan aneh. Desainnya mirip dengan tungku biasa, bahkan bisa dipakai dengan bahan bakar kayu bakar biasa,” ujar Iwan.
Namun, efisiensi tungku didesain lebih optimal jika menggunakan briket atau pellet kayu. ”Itu yang sedang diuji sekarang,” kata dia. (A03)
Sumber: Kompas, 14 Agustus 2014