LIPI-Kobe Uji Kestabilan Kandidat Mikroba

- Editor

Jumat, 26 Agustus 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bekerja sama dengan Universitas Kobe, Jepang, menguji kestabilan sistem metabolisme mikroba pilihan guna menghasilkan bioetanol dari biomassa non-pati. Mikroba terbaik dan sistem produksi enzimnya ditargetkan diperoleh tahun 2017.

Tim peneliti mencari dua macam mikroba, yaitu Actinomycetes dan khamir (yeast). “Target kami bukan sekadar publikasi di jurnal, tetapi produksi industri. Kestabilan mikroba penting untuk produksi jangka panjang,” ucap Manajer Proyek Innovative Bio-Production in Indonesia LIPI (iBiol) Yopi Sunarya, Rabu (24/8), di Cibinong, Jawa Barat.

Penelitian itu lima tahun (2014-2018) dengan dana hibah skema Japan Science and Technology Agency-Japan International Cooperation Agency Satreps Project sebesar Rp 30 miliar untuk dikelola LIPI dan Rp 20 miliar oleh Universitas Kobe. LIPI tahun ini mengalokasikan dana pendamping Rp 700 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bioetanol dapat untuk alternatif bahan bakar kendaraan dan pengganti gas untuk memasak. Produksi bioetanol, kata Yopi, lebih mudah jika menggunakan bahan baku glukosa (gula dalam bentuk monosakarida), tetapi mahal. Karena itu, tim memilih bahan baku yang masih berupa polisakarida, dari biomassa.

Tak bersaing pangan
Manajer Proyek iBioL (Innovative Bio-Production in Indonesia LIPI) Yopi Sunarya, Rabu (24/8), di Laboratorium Biokatalis dan Fermentasi, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong Science Center-Botanical Garden, Bogor, Jawa Barat, menunjukkan salah satu isolat

Anggota staf di Laboratorium Biokatalis dan Fermentasi, Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong Science Center-Botanical Garden, Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/8), menunjukkan isolat.

Jika biomassa berbasis pati, misalnya dari tepung ubi kayu, pengembangan berkompetisi dengan pangan. Maka, tim memilih biomassa non-pati berbasis selulosa yang jadi limbah. Bahan baku potensial, antara lain, limbah tandan kosong sawit dari industri sawit dan bagase (ampas tebu) dari penggilingan tebu.

Untuk menghasilkan bioetanol dari biomassa selulosa, tim peneliti merekayasa materi genetik mikroba agar menghasilkan enzim unggul untuk hidrolisis selulosa (memecah polisakarida menjadi monosakarida) dan fermentasi gula monosakarida menjadi bioetanol. Dari mikroba Actinomycetes, peneliti mencari tiga macam dengan peran unggulan.

Kandidat Actinomycetes penghasil enzim dan inang sudah diperoleh, berasal dari Indonesia. Kestabilan keduanya diuji berulang-ulang di laboratorium Innovative BioProduction Kobe (iBioK) Universitas Kobe. Tim masih mencari Actinomycetes penghasil promotor bagus.

Tujuan besar tim peneliti LIPI tak hanya memproduksi bioetanol, tetapi juga menguasai sistem produksi enzim keseluruhan. Penguasaan kemampuan itu bisa untuk berbagai kebutuhan. Contohnya, enzim pektinase membantu degradasi material tumbuhan guna mempercepat ekstraksi sari buah di industri. “Hampir seluruh enzim industri di Indonesia impor,” ujarnya.

Kini, LIPI berencana merintis percontohan biokilang industri enzim di Indonesia. Proyek kerja sama dengan Jepang memberi kesempatan transfer teknologinya. Namun, itu juga butuh kesepahaman dengan industri.

Keberadaan pusat penyimpanan koleksi mikroba Indonesian Culture Collection (InaCC) sangat membantu proyek penelitian. Isolat mikroba yang dipakai dalam riset bisa tersimpan aman di InaCC.

Manajer InaCC Atit Kanti mengatakan, karena InaCC pusat koleksi mikroba berstandar internasional, pemerintah sudah berkomitmen kebutuhan operasional InaCC senantiasa terpenuhi. Koleksi mikroba dapat bertahan sekitar 30 tahun di sana.

Sejauh ini, akses publik pada mikroba riset Proyek iBiol belum dibuka, melindungi hak kekayaan intelektual. (JOG/C06)

Sumber : Kompas, edisi 25 Agustus 2016. Hal: 14

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB