Observatorium Bosscha; Tudung Lampu untuk Cegah Polusi Cahaya

- Editor

Senin, 24 Februari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, akan membagi 1.000-2.000 tudung lampu kepada warga yang tinggal di sekitar Bosscha. Tujuannya untuk mencegah polusi cahaya yang mempersulit pengamatan benda-benda langit di observatorium.

Hal itu dikatakan Kepala Observatorium Bosscha Mahasena Purba seusai peluncuran buku Lebih Dekat dengan Bosscha, di Institut Teknologi Bandung, Bandung, Sabtu (22/2).

Tudung lampu dibagikan kepada warga di radius 200-300 meter dari Observatorium Bosscha. Tudung lampu berbentuk kerucut itu terbuat dari aluminium. Dengan menggunakan tudung, cahaya lampu tidak akan terhambur ke arah langit sehingga bisa mencegah polusi cahaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Upaya itu diharapkan mendorong warga lain yang tidak menerima tudung untuk membuat tudung lampu sendiri. Tudung lampu di rumah-rumah di sekitar Bosscha saja belum cukup untuk membuat pengamatan di observatorium terhindar dari polusi cahaya. ”Idealnya, semua lampu di Bandung memakai tudung. Dengan demikian, pengamatan tidak terhalang polusi cahaya,” katanya.

Ketua Kelompok Keahlian Astronomi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung Suryadi Siregar mengatakan, akibat polusi cahaya, banyak bintang yang bisa diamati 10-20 tahun lalu, kini tidak bisa diamati lagi, terutama bintang yang cahayanya redup.

Sejak dibangun pada 1923, Observatorium Bosscha menjadi sentral penelitian astronomi di Tanah Air. Observatorium itu sekaligus menjadi observatorium modern pertama di Indonesia.

Observatorium baru
Menurut Suryadi, alternatif lain agar tetap bisa mengamati benda langit adalah membangun observatorium baru. Wacana ini sudah ada 10 tahun lalu. Tim dari ITB telah meneliti lokasi baru yang cocok untuk itu, yakni di dekat Kupang, Nusa Tenggara Timur. Di lokasi itu, jumlah malam yang bisa digunakan untuk observasi benda langit lebih dari 200 malam. Selain itu, tidak ada turbulensi udara sehingga memudahkan pengamatan.

”Untuk merealisasikannya terbentur dana karena dibutuhkan dana besar membangun observatorium modern,” kata Suryadi. Menurut Mahasena, untuk membangun observatorium modern diperlukan dana Rp 400 miliar-Rp 500 miliar.

Pemerintah diharapkan memberikan perhatian, mendukung, dan merealisasikan pembangunan observatorium modern baru. Apalagi pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. UU itu secara implisit menyatakan pentingnya pengetahuan astrofisika dan pembangunan semua sarana terkait kepentingan rakyat.

”Pembelajaran melalui observatorium terbukti penting dalam sejarah peradaban. Bangsa yang maju berkat berilmu pengetahuan tinggi selalu memiliki observatorium bagus dan berfungsi baik,” kata Ketua Sahabat Bosscha, komunitas yang peduli Observatorium Bosscha, Eka Budianta. (APA)

Sumber: Kompas, 24 Februari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB