Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, akan membagi 1.000-2.000 tudung lampu kepada warga yang tinggal di sekitar Bosscha. Tujuannya untuk mencegah polusi cahaya yang mempersulit pengamatan benda-benda langit di observatorium.
Hal itu dikatakan Kepala Observatorium Bosscha Mahasena Purba seusai peluncuran buku Lebih Dekat dengan Bosscha, di Institut Teknologi Bandung, Bandung, Sabtu (22/2).
Tudung lampu dibagikan kepada warga di radius 200-300 meter dari Observatorium Bosscha. Tudung lampu berbentuk kerucut itu terbuat dari aluminium. Dengan menggunakan tudung, cahaya lampu tidak akan terhambur ke arah langit sehingga bisa mencegah polusi cahaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Upaya itu diharapkan mendorong warga lain yang tidak menerima tudung untuk membuat tudung lampu sendiri. Tudung lampu di rumah-rumah di sekitar Bosscha saja belum cukup untuk membuat pengamatan di observatorium terhindar dari polusi cahaya. ”Idealnya, semua lampu di Bandung memakai tudung. Dengan demikian, pengamatan tidak terhalang polusi cahaya,” katanya.
Ketua Kelompok Keahlian Astronomi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung Suryadi Siregar mengatakan, akibat polusi cahaya, banyak bintang yang bisa diamati 10-20 tahun lalu, kini tidak bisa diamati lagi, terutama bintang yang cahayanya redup.
Sejak dibangun pada 1923, Observatorium Bosscha menjadi sentral penelitian astronomi di Tanah Air. Observatorium itu sekaligus menjadi observatorium modern pertama di Indonesia.
Observatorium baru
Menurut Suryadi, alternatif lain agar tetap bisa mengamati benda langit adalah membangun observatorium baru. Wacana ini sudah ada 10 tahun lalu. Tim dari ITB telah meneliti lokasi baru yang cocok untuk itu, yakni di dekat Kupang, Nusa Tenggara Timur. Di lokasi itu, jumlah malam yang bisa digunakan untuk observasi benda langit lebih dari 200 malam. Selain itu, tidak ada turbulensi udara sehingga memudahkan pengamatan.
”Untuk merealisasikannya terbentur dana karena dibutuhkan dana besar membangun observatorium modern,” kata Suryadi. Menurut Mahasena, untuk membangun observatorium modern diperlukan dana Rp 400 miliar-Rp 500 miliar.
Pemerintah diharapkan memberikan perhatian, mendukung, dan merealisasikan pembangunan observatorium modern baru. Apalagi pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. UU itu secara implisit menyatakan pentingnya pengetahuan astrofisika dan pembangunan semua sarana terkait kepentingan rakyat.
”Pembelajaran melalui observatorium terbukti penting dalam sejarah peradaban. Bangsa yang maju berkat berilmu pengetahuan tinggi selalu memiliki observatorium bagus dan berfungsi baik,” kata Ketua Sahabat Bosscha, komunitas yang peduli Observatorium Bosscha, Eka Budianta. (APA)
Sumber: Kompas, 24 Februari 2014