Mengelola Sampah Sejak dari Rumah

- Editor

Selasa, 7 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Masalah sampah di DKI Jakarta tak kunjung terselesaikan sejak zaman Gubernur Ali Sadikin. Meski pembuangan sampah sudah terkoordinasi dengan baik, terbatasnya kapasitas TPST Bantargebang menjadi masalah.

DOK PENGURUS RUSUN BAMBU LARANGAN–Warga Rumah Susun Bambu Larangan Blok A, Cengkareng, Jakarta Barat, berkumpul untuk memilah sampah plastik dan sampah organik.

Setelah 2021, Jakarta terancam tidak bisa membuang 7.800 ton sampah warga Jakarta ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang karena penuh. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun fasilitas pengelolaan sampah antara di kota (intermediate treatment facility), yang direncanakan sejak zaman Gubernur Fauzi Bowo. Jika lancar, proyek ini baru akan selesai pada 2022.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pemprov DKI Jakarta bersama warga juga berencana membentuk lembaga pengelola sampah di tingkat rukun warga untuk pemilahan sampah di permukiman. Hal ini sebenarnya sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, bahkan ada sanksi bagi siapa pun yang melanggar.

Pada zaman Gubernur Ali Sadikin, Pemprov DKI Jakarta sampai mengkampanyekan penggunaan kantong plastik untuk menampung sampah. Alasannya, untuk menjaga kebersihan kota, dan praktis di tengah keterbatasan armada truk sampah waktu itu (Kompas, 7/4/1972).

Produksi sampah 4,5 juta jiwa penduduk Jakarta waktu itu sekitar 7.000 meter kubik per hari. Jangankan memilah sampah, membuang sampah pada tempatnya masih menjadi masalah waktu itu. Pemprov sampai menempatkan polisi kebersihan di sejumlah titik untuk menegakkan peraturan dan memberi petunjuk/bimbingan tentang kebersihan kepada warga. Pada 21 Juli 1972, Kompas memberitakan, lima orang diajukan ke pengadilan karena membuang sampah sembarangan.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO–Warga membuang label kemasan minuman sebelum botol plastik dijual ke Bank Sampah Warga Berguna (Sawarna) di Sekretariat PKK dan RW 04, Kelurahan Joglo, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (13/12/2018). Dalam satu bulan itu paling tidak terkumpul 300 kilogram aneka sampah, paling banyak kardus bekas dan botol plastik, yang kemudian disetor ke bank sampah tingkat kotamadya.

Tanggung jawab
Mengajak dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan bisa menjadi solusi, meski untuk mewujudkan gerakan ini perlu waktu. Tidak sekadar memilah, ajak juga masyarakat untuk mengelola sampah mereka.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 53 persen sampah Jakarta merupakan sampah makanan, 9 persen sampah plastik, 6 persen sampah jenis plastik PET (Polyethylen Terephtalate) yang bisa didaur ulang, 7 persen sampah kertas, dan sisanya sampah jenis lain (Kompas, 20/2/2020).

Penggunaan komposter dan lubang biopori, misalnya, bisa untuk mengelola sampah rumah tangga sehingga tidak perlu dibuang ke tempat sampah yang berujung ke Bantargebang. Sampah plastik PET dan kertas dikumpulkan melalui bank sampah. Jika ini dilakukan, lebih dari 50 persen sampah bisa dikelola di tingkat rumah tangga. Sampah tidak perlu sampai ke tempat pembuangan. Lingkungan pun bersih.

ADITYA DIVERANTA UNTUK KOMPAS–Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Jakarta Barat mencoba alat komposter yang dimiliki rumah susun Bambu Larang, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (26/2/2019). Program ini menjadi bagian dari Kampung Cermat Dalam Memilah Sampah, atau disingkat Kampung Cerdas.

Oleh YOVITA ARIKA

Editor: ILHAM KHOIRI

Sumber: Kompas, 7 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB