BPPT Mengembangkan Pembangkit Listrik Sampah Sistem Termal

- Editor

Jumat, 15 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sampah dari perkotaan di Indonesia umumnya dihasilkan dalam jumlah besar dan tidak terolah dengan baik, sehingga menimbulkan soal lingkungan di lokasi tempat pembuangan akhir. Salah satu solusi mengatasinya adalah memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar pembangkit listrik.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza, Kamis (14/2/2019), menjelaskan, proyek percontohan Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Sampah itu dirintis pembangdi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang Bekasi, Jawa Barat.

Pembangkit listrik itu memakai pengolahan sampah sistem termal. Pembangkit listrik berkapasitas 50-100 ton per hari itu menghasilkan daya listrik hingga 700 kilowatt. Pembangkit listrik tenaga sampah ini merupakan yang pertama di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/KURNIA YUNITA RAHAYU–Turbin dan generator Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di TPA Sumur Batu, Bantargebang, Kota Bekasi.

Pengolahan sampah sistem termal tersebut dapat berfungsi dengan baik untuk pembangkitan listrik. “Dengan demikian, penerapan teknologi ini menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan timbunan sampah di perkotaan khususnya di DKI Jakarta,” jelas Hammam.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DKI Jakarta Isnawna Adji mengatakan, sampah menjadi masalah yang belum terpecahkan. Selama ini sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir di luar DKI Jakarta yaitu di Bantar Gebang Bekasi. Penampungannya di areal seluas 110 hektar. Sampah yang dikirim ke daerah ini hampir 7.000 ton setiap hari.

“Pengolahan sampah dengan teknologi termal ini dapat memusnahkan sampah dalam waktu cepat,” kata Hammam. Teknologi pengolahan sampah ini juga ramah lingkungan.

Pembangunan PLTSA di Bantar Gebang didukung oleh industri dalam negeri, sehingga nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) juga tinggi. Penerapan teknologi pengolahan sampah sesuai dengan Perpres PLTSA dengan TKDN yang tinggi.

Model PLTSa ini diharapkan menjadi rujukan bagi PLTSa di perkotaan. Pengkajian dan pengembangan akan dilakukan untuk menghasilkan model terbaik dan dapat diterima oleh masyarakat untuk menunjang society 5.0, ujar Hammam.

Oleh YUNI IKAWATI

Sumber: Kompas, 15 Februari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB