Menghidupkan Lahan yang ”Mati”

- Editor

Senin, 24 Juni 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kerusakan Lingkungan Bekas Tambang - Bekas eksplotasi batubara yang dibiarkan tanpa rehabilitasi membentuk danau dan merusak lingkungan seperti yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (5/10). Banyak perusahaan tambang yang enggan merehabilitasi lahan seusai mengeksploitasinya.

Kompas/Iwan Setiyawan (SET)
05-10-2013

Kerusakan Lingkungan Bekas Tambang - Bekas eksplotasi batubara yang dibiarkan tanpa rehabilitasi membentuk danau dan merusak lingkungan seperti yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (5/10). Banyak perusahaan tambang yang enggan merehabilitasi lahan seusai mengeksploitasinya. Kompas/Iwan Setiyawan (SET) 05-10-2013

Tanah adalah dunia bagi jasad renik. Aktivitasnya akan menyuburkan tanah yang menjadi tumpuan hidup makhluk lainnya. Ketika lahan menjadi tandus teknik pengolahan lahan diterapkan dengan menghadirkan mereka kembali menghidupkan tanah yang mati.

Kerusakan Lingkungan Bekas Tambang – Bekas eksplotasi batubara yang dibiarkan tanpa rehabilitasi membentuk danau dan merusak lingkungan seperti yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (5/10). Banyak perusahaan tambang yang enggan merehabilitasi lahan seusai mengeksploitasinya.–Kompas/Iwan Setiyawan (SET)–05-10-2013

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN–Bekas eksploitasi batubara yang dibiarkan tanpa rehabilitasi membentuk danau dan merusak lingkungan seperti yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (5/10/2019). Banyak perusahaan tambang yang enggan merehabilitasi lahan seusai mengeksploitasinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Indonesia merupakan negeri yang subur. Kelimpahan sinar matahari dan curah hujan membuat berbagai organisme, flora, dan fauna hidup nyaman, bertumbuh dan berkembang biak. Namun, praktik tak ramah lingkungan seperti pembongkaran tanah di areal penambangan telah memusnahkannya sehingga yang tersisa adalah lahan kritis hingga lahan rusak.

Lahan kritis adalah lahan tandus, gundul, dan tidak subur (dengan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang sangat buruk) sehingga tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian.

Pada tahun ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan mereklamasi lebih dari 7.000 hektar (ha) lahan bekas tambang. Luas lahan yang diuruk ini sedikit meningkat dari 6.950 ha pada 2018. Reklamasi ini bertujuan mencegah erosi atau mengurangi mengalirnya air limpasan, menjaga stabilitas lahan sehingga kembali produktif. Upaya rehabilitasi atau reklamasi ini juga untuk meredam terjadinya bencana longsor dan banjir.

Reklamasi setelah tambang ini merupakan kewajiban perusahaan pertambangan. Ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara.

Menurut Jaringan Advokasi Tambang, pada tahun 2016 area tambang di seluruh Indonesia mencapai 93,36 juta hektar. Arealnya terus meningkat, sedangkan sebaliknya lahan pertanian justru kian berkurang karena terkonversi untuk berbagai peruntukan. Berdasarkan data BPS, pengurangan lahan sawah itu sebesar 100.000 hektar per tahun. Di Pulau Jawa saja, lahan sawah tersisa tinggal 6,4 juta hektar.

Kondisi ini tentu melemahkan ketahanan pangan di negeri ini. Karena itu, rehabilitasi lahan bekas tambang juga ditujukan untuk perluasan lahan pertanian. Dalam hal ini peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sedang mengupayakan memperbaiki lahan-lahan bekas tambang timah, nikel, emas, dan batubara di Indonesia itu untuk peningkatan produksi pertanian.

”Target rehabilitasi lahan suboptimal ini luasnya sekitar 500.000 ha selama empat tahun,” ujar Wiratno, Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Badang Litbang Pertanian.

Di Bangka
Salah satu daerah yang digarap adalah kawasan bekas pertambangan timah di Desa Bukit Kijang Kecamatan Namang Kabupaten Bangka Tengah, seluas 125,875 ha. Perbaikan fungsi lahan seluas 8 hektar di Bangka Belitung ini dilakukan Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Kementrian Pertanian bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat.

Proyek rehabilitasi yang dilakukan dari 2016 hingga 2019 ini bertujuan untuk mengoleksi tanaman pakan dan pengembangan ternak, penelitian fertigasi untuk tanaman hortikultura dan usaha tani. Fertigasi (Fertilisasi dan Irigasi) adalah sistem penyiraman tanaman dan pemupukan yang diberikan sekaligus melalui irigasi tetes.

Kepala Balai Penelitian Tanah Balitbangtan Husnain Indra menjelaskan agar lahan bekas tambang menjadi produktif diperlukan teknologi amelioran untuk perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu, keadaan sosial ekonomi dan kelembagaan harus kondusif untuk menunjang produksi secara berkelanjutan.

Penelitian juga dilaksanakan untuk rehabilitasi lahan bekas tambang batubara di Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur dengan luasan 40,572 ha. Dalam merehabilitasi lahan bekas tambang batubara digunakan bahan organik berupa pupuk kandang, tandan buah kosong sawit, dan/atau pupuk hijau yang berasal dari leguminose (Sentrosema, Callopogoium, Mucuna, pohon turi, dan lamtoro atau Leucaena).

Pemberian abu, seperti abu sekam atau biochar (arang yang dibuat melalui proses pembakaran dengan oksigen terbatas/pirolisis) juga dapat memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk bioarang yang disebut biochar ini berfungsi menurunkan kemasaman tanah dan meningkatkan serta mengikat hara supaya tidak mudah hanyut dibawa air.

Selama ini untuk memperbaiki tanah menggunakan pupuk kandang, kompos, dan biomas tanaman. ”Sumber hayati ini cepat melapuk dan pemanfaatannya hanya sementara. Sebaliknya, Biochar dapat bertahan lama di tanah,” ujar Neneng Laila Nurida, peneliti biochar dari Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Untuk menjaga keberlanjutan penyediaan bahan organik, bahan organik harus diproduksi langsung pada lahan bekas tambang (in situ), misalnya melalui integrasi tanaman (termasuk HPT) dan ternak pada lahan bekas tambang. Ada beberapa cara untuk membangun sumber bahan organik in situ antara lain menanam tanaman seperti mukuna (Mucuna sp), sentro (Centrosema pubescens), dan kalopo (Calopogonium sp). Memanfaatkan hasil panen sisa tanaman, membuat tanaman pagar dari tanaman legume pohon, seperti turi dan lamtoro, serta menanam tanaman pakan dari jenis rumput dan legum.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang dan batuan fosfat memberikan efek positif pada pertumbuhan dan hasil jagung. Pemberian fosfat alam yang dikombinasikan dengan pupuk kandang, kapur, dan pupuk anorganik berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan tanaman jagung.

Pada tanaman pakan, jenis rumput dan legume dikembangkan pada lahan LBT Timah dan Batubara sebanyak 10 jenis rumput dan 6 jenis legume. Di antaranya, rumput pakan yang dikembangkan adalah Odot (Pennisetum purpureum), dan rumput benggala (Panicum maximum). Sementara jenis legume di antaranya indigofera (Indigovera zollingeriana) dan kacangan (Arachis pintoi).

Tambang batubara
Di Jambi rehabilitasi dilakukan di lahan bekas tambang batubara. Untuk merehabilitasi kesuburan tanah, dilakukan dengan memberikan bahan kapur atau dolomit pada permukaan tanah yang telah digaru dengan traktor, kemudian memberi pupuk kandang atau kompos dan mikoriza sebelum penanaman.

”Pada awal tanam dalam satu tahun ditaburi kapur sebanyak 4 ton per hektar dan pupuk kandang 10 ton per hektar,” kata Jon Hendri, peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Kemudian lahan yang terolah itu ditanami tanaman legum untuk penutup tanah. Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang dapat melindungi tanah dari erosi dan memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah. Tanaman ini menahan pengikisan tanah oleh air hujan, menambah bahan organik tanah dari daunnya yang mati, memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah melalui perakarannya. Penambahan bahan organik ini untuk meningkatkan kandungan C-organik, meningkatkan kapasitas pertukaran kation, dan kapasitas menahan air untuk pengembalian kesuburan tanah.

Dari penelitian selama dua tahun, Rima Purnamayani, peneliti lain di balai tersebut, menyimpulkan komoditas yang adaptif adalah jenis leguminosae atau kacang-kacangan. Tanaman legum penutup yang cepat tumbuh adalah Pueraria sp (korobenguk). Sementara itu, perusahaan pertambangan di lokasi tersebut juga melakukan penanaman akasia dan sengon. Teknik ini selanjutnya juga diterapkan di lahan bekas pertambangan lainnya di Kabupaten Batanghari dan Bungo.

Tujuan dari aplikasi tanaman penutup tanah itu untuk memperbesar pori tanah yang berperan penting pada kehidupan hayati tanah. Bakteria tanah tak dapat masuk pada ukuran pori tanah 1 hingga 3 mikrometer. Akar tanaman hanya dapat menembus tanah yang berpori di atas 10 mikron. Pori tanah juga menjadi saluran bagi air menembus tanah sehingga menentukan aerasi dan kelembaban tanah.

Pengembangan tanaman legum sebagai tanaman pionir diperlukan karena daya dukung tanah masih relatif rendah. Tanaman ini mampu memanfaatkan gas nitrogen di udara hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium dan bahan organik yang dihasilkannya kaya unsur hara N yang merupakan hara makro esensial bagi tanaman sehingga dapat mempercepat pemulihan kesuburan tanah.

”Dalam kondisi lahan yang telah normal, beberapa jenis tanaman holtikultura yang dapat ditanam antara lain kedelai, jagung, dan cetaria sebagai pakan ternak,” tambah Rima.

Pupuk organik Trichokompos Chromolaena plus dihasilkan peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Eksperimen lapangan dilakukan di Suka Maju, Kabupaten Mestong, Provinsi Jambi. Hasilnya penerapan biokompos dapat meningkatkan konsentrasi karbon organik tanah, kadar air, porositas dan penurunan kepadatan curah tanah.

”Penerapan Trichokompos Chromolaena plus juga meningkatkan jumlah polong dan hasil gabah kedelai dan menurunkan jumlah polong kosong,” kata Tiur Hermawati, peneliti biokompos ini.

Oleh YUNI IKAWATI

Sumber: Kompas, 24 Juni 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB