Konservasi Tumbuhan di Lahan Bekas Tambang

- Editor

Rabu, 9 September 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Balai Konservasi Kebun Raya Bogor membuat program baru untuk konservasi keanekaragaman hayati di lokasi tambang. Program tersebut sebagai tahapan lanjutan dari reklamasi tambang.

Kolaborasi tersebut dilakukan atas permintaan salah satu perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur, PT Indo Tambangraya Megah (ITM), untuk mengaplikasikan program rehabilitasi dengan pendekatan konservasi keanekaragaman hayati di lokasi tambang.

“Prosesnya nanti, tanaman yang langka baik lokal maupun umun kami ambil dan kami jaga. Jadi, pada saat aktivitas tambang selesai, tanaman tersebut bisa ditanam kembali,” ujar Ketua UPT Balai Konservasi Kebun Raya Purwodadi R Hendrian yang ditemui di Jakarta, Rabu (9/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Program yang dimulai sejak 2010 itu sudah mengumpulkan 603 jenis tumbuhan langka di hutan. Salah satu jenis yang paling langka ialah Bullbophyllum Beccarii, yakni anggrek hijau kalimantan. Jenis itu hanya bisa tumbuh di hutan tropis Kalimantan.

“Jadi, pada saat proses reklamasi, tidak hanya tanam pohon, tetapi kami juga berusaha untuk mengembalikan fungsi hutan seperti awal sebelum ditambang. Meskipun tidak akan menyerupai, kami berusaha,” kata Hendrian.

Manajer PT ITM Puji Rahardian mengatakan, program ini dilakukan tahun 2010 pada 5,6 hektar lahan pasca tambang di Barito. Kemudian tahun 2012 di lokasi Indominco Mandiri pada lahan seluas 4 hektar.

05d65640934244b4b369ffa37a6e4adeKOMPAS/JUMARTO YULIANUS–Truk-truk berukuran besar melintas di areal tambang batubara di wilayah Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Rabu (18/2). Sistem penambangan terbuka yang diterapkan perusahaan-perusahaan tambang batubara di Kalsel menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Luas bukaan tambang di Kalsel mencapai 685.000 hektar. Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Balai Konservasi Kebun Raya Bogor membuat program baru untuk konservasi keanekaragaman hayati di lokasi pasca tambang.

“Saat ini kami masih terus memonitor perkembangan tumbuhan-tumbuhan tersebut. Mereka sudah bertumbuh dengan baik,” ujarnya.

Puji menambahkan, tidak semua lokasi pasca tambang dapat langsung ditanami tumbuhan langka yang sebelumnya dialih tanam di nursery. Sebelum ditanam kembali di lahan bekas tambang, kondisi tanah harus diperiksa terlebih dahulu kesiapannya.

“Mulai dari kandungan logam, pH (kadar keasaman) tanah, dan lain sebagainya. Kalau itu siap, baru kami tanam,” kata Puji.

Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Didik Widyatmoko mengatakan, untuk mengembalikan fungsi hutan setelah dieksplorasi dan dieksploitasi sangat sulit. “Ini merupakan upaya, daripada tidak melakukan sesuatu,” katanya.

Rehabilitasi hutan, menurut Didik, tidak hanya menanam kembali pohon-pohon yang di lahan yang rusak, tetapi juga mengembalikan fungsi hutan yang lumpuh setelah ditambang. “Banyak jaringan kehidupan lumpuh setelah dirusak, jadi harus bisa dikembalikan lagi. Inventarisasi tumbuhan sebelum ditambang penting untuk dilakukan, apalagi di hutan-hutan yang memiliki ciri khas,” katanya.

Sayang, kelengkapan ekosistem pada hutan tidak seimbang dengan proses eksploitasi dan eksplorasi tambang. Program ini hanya ditujukan untuk konservasi tumbuhan, bukan pada hewan.

“Kami hanya melakukan yang sesuai bidang kami, untuk fauna belum bisa dilakukan,” ujar Hendrian.(B09)

Sumber: Kompas Siang | 9 September 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB