Tim Nawasena dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, berhasil menduduki peringkat ke-2 di ajang Worldwide Ferry Safety Design Competition 2019 yang diadakan oleh Worldwide Ferry Safety Association. Capaian ini membuat Nawasena ITS mampu mempertahankan prestasi yang diraihnya tahun lalu.
Adapun jawara kompetisi ini diraih oleh tim dari Singapore Institute of Technology (Singapura) yang berkolaborasi dengan Newcastle University (Inggris). Di peringkat ke-3 diduduki oleh tim dari Shanghai Maritime University (China) yang berkolaborasi dengan Universidad Veracruzana (Meksiko).
ARSIP HUMAS ITS–Anggota tim Nawasena ITS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketiga tim juara tersebut akan menerima penghargaan sekaligus mengikuti konferensi Worldwide Ferry Safety Design Competition 2019 untuk mempresentasikan hasil desainnya di Bangkok, Thailand, Rabu-Jumat (20-22/2/2019).
Ketua Tim Nawasena Sasmita Adi Nugraha, Rabu (26/12/2018), di Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, penilaian yang dilakukan meliputi sistem keamanan dan inovasi yang kreatif. Dewan juri lalu melakukan penilaian secara daring usai waktu pelaksanaan lomba selama lima bulan berakhir.
Worldwide Ferry Safety Design Competition 2019 kali ini melombakan desain feri yang aman untuk bisa dioperasikan di Sungai Pasig, Manila, Filipina. Feri yang didesain pun harus dapat menampung penumpang minimal 100 orang dengan jarak tempuh sejauh 12,4 kilometer.
”Adanya jembatan sepanjang Sungai Pasig dengan ketinggian delapan kaki di atas permukaan air sungai juga membatasi peserta untuk mendesain bagian atas feri yang tidak terlalu tinggi seperti desain feri yang berada di lautan lepas,” kata Sasmita.
Selain Sasmita, tim ini beranggotakan Anson Novendra Pradana, M Faizur Rijal Azhad, Anwar Sahid, dan Muhammad Faishal Ar Rifqy. Tim Nawasena mendapatkan bimbingan dari Agoes Santoso dan Achmad Baidowi dari dosen Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS.
ARSIP HUMAS ITS–Desain MV Aquilla, feri rancangan tim Nawasena ITS.
Tim Nawasena menginovasikan feri yang sesuai ketentuan, yakni disesuaikan dengan karakteristik Sungai Pasig bernama Motor Vessel (MV) Aquilla. MV Aquilla yang merupakan inovasi dari kelima mahasiswa tersebut didesain dengan model kapal katamaran.
Model ini, kata Sasmita, dipilih karena dinilai dapat menghasilkan stabilitas yang lebih tinggi daripada model kapal monohull. Pemilihan model kapal yang tepat ini, menurut Sasmita, merupakan upaya Nawasena untuk mengantisipasi kemungkinan cuaca terburuk di kota Manila.
”Sebab, pada saat badai, kecepatan arus Sungai Pasig bisa mencapai 7 knot. Karakter cuaca kota Manila ini memerlukan desain kapal yang tepat dan sesuai agar dapat dioperasikan dengan aman,” ujarnya.
Selain itu, kata Sasmita, Nawasena juga menginovasikan eco asimetric flat hull outside pada MV Aquilla. Desain ini berguna untuk meminimalisasi gelombang air yang dihasilkan akibat pergerakan kapal. Dengan demikian, dengan gelombang yang kecil ini, MV Aquilla tidak akan menyebabkan erosi pada bantaran Sungai Pasig.
”Sebab, pada beberapa titik sepanjang Sungai Pasig masih terdapat bantaran sungai yang tidak terlindung beton sehingga rawan mengalami erosi akibat gelombang air yang besar,” katanya.
Dalam sistem kendali, kata Sasmita, MV Aquilla dilengkapi dengan teknologi operasi unattended machinery system (UMS) yang memungkinkan ditiadakannya engine control room dalam kapal. Melalui teknologi ini, MV Aquilla lebih hemat ruang dan dapat mengurangi beban kapal.
”Semakin ringan kapal, ketinggian kapal yang tercelup air (draught) semakin kecil sehingga tekanan yang dihasilkan kapal juga akan semakin kecil,” ujar pria asal Kediri ini.
Berkaitan dengan teknologi operasi UMS ini, Nawasena melanjutkan inovasinya dengan ditambahkannya teknologi sistem otomasi yang biasa disebut integrated automation system. Dengan teknologi sistem ini, kendali kapal dapat terintegrasi secara otomatis melalui sistem komputer. Selain itu, tenaga manual manusia tidak lagi diperlukan sehingga dapat menciptakan sistem kendali yang lebih sempurna dan efisien.
Nawasena kemudian meletakkan inovasinya dalam penggunaan sumber energi kapal. Tak hanya bersumber pada bahan bakar generator, MV Aquilla juga dilengkapi dengan eco smart solar system. Inovasi ini bertujuan untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal dengan memanfaatkan energi terbarukan. Dengan 60 solar panel yang terpasang, MV Aquilla dapat menghemat konsumsi utama bahan bakar generator hingga 16 persen.
Komponen keselamatan sebagai unsur utama dalam pembuatan desain kapal ini pun juga tak luput dari perhatian. Dilengkapi dengan adanya baju pelampung (life jacket) di bawah setiap kursi menjadi upaya Nawasena menjamin keselamatan penumpang. Begitu juga dengan adanya dua pintu darurat di setiap sisi kiri dan kanan kapal, yang berguna sebagai alternatif saat pintu darurat utama tidak dapat diakses.
”Untuk mempercepat proses evakuasi, palu keselamatan atau safety hammer pun kami (Nawasena) pasang di setiap sisi kapal,” katanya.–IQBAL BASYARI
Sumber: kompas, 26 Desember 2018