Keberhasilan pembangunan dan penggunaan lampu yang tak bijak membuat langit malam yang gelap kian sulit di dapat. Kuatnya polusi cahaya yang membuat langit malam menjadi terang telah membuat 25 persen warga Indonesia tak bisa lagi melihat Bimasakti dari rumahnya.
“Keindahan langit malam adalah sumber inspirasi dan pengetahuan, sekaligus warisan dunia untuk generasi mendatang,” kata peneliti astronomi di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung Rhorom Priyatikanto, Senin (6/8/2018) saat dihubungi dari Jakarta.
KOMPAS/EDDY HASBY (ED)–Gususan Bima Sakti terlihat di atas lereng Tambora dari Pos 3 pendakian rute Dorocanga, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Jumat (23/8).–Kompas/Eddy Hasby (ED)–23-08-2014
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Riset Lapan tentang tingkat kegelapan langit malam di 8 lokasi kerjanya sejak April 2018 menunjukkan polusi cahaya perkotaan membuat bintang-bintang makin sulit diamati. Sebagian besar lokasi studi itu ada di pusat atau pinggiran kota karena memang tidak difokuskan untuk lokasi pengamatan langit malam.
Lokasi terbaik pengamatan langit malam dengan langit gelap murni atau skala Bortle 1 ada di Timau, Nusa Tenggara Timur. Dengan mata telanjang, selain bisa melihat detail Bimasakti beserta bintang-bintang redup, di Timau juga bisa melihat galaksi Triangulum, galaksi satelit dari galaksi Andromeda.
DIOLAH DARI R. PRIYATIKANTO, PUSSAINSA LAPAN DAN SKYGLOWPROJECT.COM–Perbandingan tingkat kecerlangan langit malam di 8 lokasi yang disurvei Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional sejak April 2018.
Di Timau, saat ini sedang dibangun Observatorium Nasional Timau (ONT) untuk melengkapi Observatorium Bosscha Lembang, Jawa Barat. ONT itu dibangun di lereng Gunung Timau, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut.
ONT diperkirakan akan mulai beroperasi pada 2020. Jika sudah beroperasi, dia akan menjadi observatorium terbesar di Asia Tenggara karena memiliki teleskop optik berdiamater 3,8 meter.
Bimasakti
Terangnya langit malam di sejumlah lokasi studi itu sejalan dengan penelitian Fabio Falchi dkk dalam ‘The New World Atlas of Artificial Night Sky Brightness’ di Science Advances, 10 Juni 2016. Studi memperkirakan 24,8 persen penduduk di 0,6 persen wilayah Indonesia tidak bisa melihat lagi Bimasakti dari rumahnya. Wilayah itu adalah kota besar dengan polusi cahaya tinggi.
Kenampakan piringan Bimasakti yang terentang dari ufuk selatan ke utara merupakan salah satu tanda bahwa langit malam masih bebas dari polusi cahaya. Kondisi itu hanya akan terlihat jika langit malam gelap.
Pembangunan Indonesia memang maju pesat. Citra sejumlah setelit menunjukkan, wilayah terang di Jawa saat malam pada 1992 hanya terkonsentrasi di Jabodetabek, Surabaya, dan Bandung. Namun pada 2013, wilayah dengan malam terang tersebar merata di seluruh Jawa, kecuali selatan Banten dan Jawa Barat.
R. PRIYATIKANTO, PUSSAINSA LAPAN, CITRA SATELIT DMSP-OLS–Perbandingan terang malam di Jawa pada 1992 dan 2013.
Meluasnya wilayah dengan malam terang menunjukkan makin baiknya tingkat elektrifikasi dan menyebarnya pembangunan. Namun pembangunan yang tak terkendali dan penggunaan lampu yang tak bijak membuat malam makin terang.
Terangnya langit malam bukan hanya berdampak pada hilangnya keindahan langit malam, namun juga memengaruhi kehidupan binatang malam malam dan kesehatan manusia.
Malam yang terang mengganggu perkembangan tukik karena jadi enggan kembali ke laut dan mengganggu navigasi burung malam dan kelelawar. Malam yang bermandikan cahaya lampu juga memengaruhi proses reproduksi katak hingga tidak bernyanyi dan menarik serangga mendekati manusia hingga berpeluang menyebarkan penyakit.
Terangnya malam juga mengganggu jam tidur manusia. Terangnya malam akan menekan produksi hormon melatonin yang mengatur jam tubuh manusia. Kondisi itu bisa mengacaukan metabolisme dan sistem kekebalan tubuh sehingga menaikkan risiko obesitas, diabetes dan kanker, serta memengaruhi suasana hati.
Untuk itu, sejak 2016, Lapan mengampanyekan Malam Langit Gelap setiap tanggal 6 Agustus yang bertepatan dengan perayaan Hari Keantariksaan Nasional. Setiap tanggal itu, Lapan mengajak masyarakat mematikan lampu antara pukul 20.00-21.00 waktu setempat guna melihat keindahan langit malam.
“Langit gelap berbintang adalah harta tak ternilai,” tambah Kelapa Lapan Thomas Djamaluddin.
Dengan kampanye Malam Langit Gelap itu diharapkan bisa mengendalikan polusi cahaya. Salah satu cara menekan makin besarnya polusi cahaya adalah penggunaan tudung lampu, khususnya lampu jalanan.
Menurut Rhorom, tidak bijaknya penggunaan lampu jalanan atau lampu tanpa tudung membuat banyak cahaya lampu justru terbuang ke atas. Padahal, yang membutuhkan penerangan adalah bagian bawah. Selain mengganggu keindahan langit malam, cara itu juga boros energi dan menimbulkan kerugian ekonomi besar.-M ZAID WAHYUDI
Sumber: Kompas, 7 Agustus 2018