Lapan Kampanyekan Lagi Malam Langit Gelap

- Editor

Senin, 6 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menyambut Hari Keantariksaan, Senin (6/8/2018), pukul 20.00-21.00 waktu setempat, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional kembali mengampanyekan Malam Langit Gelap. Kampanye untuk mendorong pengendalian polusi cahaya itu mulai digaungkan sejak 2016 setiap tanggal 6 Agustus.

Hanya dengan malam yang gelap, manusia bisa menyaksikan keindahan langit yang sudah dinikmati sejak peradaban manusia dimulai. “Langit gelap berbintang adalah harta tak ternilai, sumber inspirasi segala peradaban,” kata Kelapa Lapan Thomas Djamaluddin.

STELLARIUM–Situasi langit malam di Jakarta, Senin (6/8/2018). Namun kondisi itu hanya bisa disaksikan jika langit di Jakarta benar-benar gelap. Polusi cahaya yang tinggi membuat semua keindahan itu sulit disaksikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Akan tetapi, pembangunan kota yang tak terkendali dan penggunaan lampu yang tidak bijak membuat langit malam makin terang. Akibatnya, keindahan langit malam itu tidak bisa disaksikan masyarakat saat ini, khususnya yang tinggal di perkotaan. Cerita tentang benda-benda langit itu akhirnya hanya jadi kenangan.

Jika langit benar-benar gelap, masyarakat pada Senin malam bisa menyaksikan galaksi Bimasakti, empat planet Venus, Jupiter, Saturnus dan Mars yang berjajar dari barat ke timur, serta sejumlah rasi bintang terkenal seperti Scorpius (kalajengking), Sagittarius (teko) dan Layang-layang atau Crux. (MZW)–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 6 Agustus 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB