Perubahan dunia yang sangat cepat, seperti di bidang teknologi, bisnis, dan interaksi sosial, perlu diantisipasi agar Indonesia terus dapat bersaing dengan negara-negara lain. Perguruan tinggi didesak berani berubah untuk terus menyesuaikan diri menghadapi perubahan itu.
“Perguruan tinggi harus berani berubah. Terus lahirkan inovasi karena perubahan pasti terjadi. Jika tidak, kita akan ketinggalan oleh negara lain,” ujar Presiden Joko Widodo pada Dies Natalis Ke-60 Universitas Padjadjaran di Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (11/9).
Presiden mencontohkan perkembangan ekonomi dunia yang kini bergerak ke bidang digital. Jual beli bergeser ke sistem daring sehingga mengurangi pertemuan penjual dan pembeli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kondisi itu membuat harga barang makin murah karena penjual tidak lagi harus memiliki toko. Di sisi lain, hal itu berdampak pada pengurangan tenaga kerja dalam jumlah besar.
Presiden berharap perguruan tinggi memahami gejala ekonomi tersebut dan mengimplementasikannya dalam inovasi pendidikan. Menurut Presiden, inovasi seperti itu belum banyak dilakukan di Indonesia. “Dari dulu, jurusan di fakultas ekonomi itu tidak berubah, yaitu manajemen, akuntansi, dan ekonomi pembangunan,” ujar Presiden Jokowi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO–Presiden Joko Widodo menghadiri puncak perayaan Dies Natalis Ke-60 Universitas Padjadjaran di Kampus Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (11/9). Dalam pidatonya, Presiden mengingatkan bahwa perguruan tinggi kini menghadapi tantangan yang semakin besar serta harus siap dengan berbagai perubahan seiring dinamika perkembangan dan tuntutan zaman.
Presiden mendorong perguruan tinggi mengubah jurusan di fakultas ekonomi menjadi lebih spesifik, seperti manajemen logistik, manajemen ritel, dan toko daring. Hal itu dinilai lebih konkret serta sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan persaingan global.
“Perguruan tinggi harus ikut mengantisipasi perubahan yang sangat cepat itu. Jika sumber daya manusia (SDM)-nya tidak disiapkan, akan sangat berbahaya terhadap daya saing bangsa di masa depan,” kata Presiden.
Perubahan sosial
Presiden juga menyoroti perubahan interaksi sosial akibat perkembangan internet. Dengan 144 juta pengguna internet di Indonesia, media sosial mempunyai pengaruh sangat besar. Bahkan, penggunaannya sudah terbukti dapat mengubah situasi politik di sejumlah negara.
Akan tetapi, penggunaan media sosial juga harus diatur dengan baik. Jika tidak, hal itu akan sangat berpotensi melahirkan berita bohong dan saling hujat seperti yang saat ini terjadi.
Terkait itu, Presiden berpesan agar perguruan tinggi mengembangkan kajian media sosial. Dengan demikian, akan lahir SDM yang memahami bidang tersebut dan tidak menggunakannya untuk hal-hal negatif.
“Dari dulu fakultas sosial politik itu didominasi jurusan hubungan internasional, sosiologi, dan administrasi negara. Mengapa yang berkaitan dengan media sosial tak ada? Padahal, ini sedang kita alami dan akan terus berkembang,” ucap Presiden.
Rektor Universitas Padjadjaran Tri Hanggono Achmad mengatakan, masukan Presiden sejalan dengan rencana pihaknya untuk membuka program studi baru, di antaranya ekonomi digital dan teknologi media. Menurut rencana, program studi tersebut dibuka tahun depan. (TAM)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 September 2017, di halaman 12 dengan judul “Perguruan Tinggi Harus Berani Berubah”.