Sesudah 30 Tahun, Lupus Masih Digemari Remaja

- Editor

Selasa, 1 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lebih dari 50 orang yang kebanyakan remaja sejak Minggu (28/2) pagi sudah memenuhi salah satu pendopo di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Mereka tidak rekreasi melihat kelucuan binatang, tetapi ingin meningkatkan keahlian menulis dengan arahan langsung pengarang Lupus, Hilman Hariwijaya, yang datang bersama dengan Boim Lebon dan Gusur Adhikarya.

Hilman yang lahir tahun 1964 selalu kompak bersama dengan dua temannya itu. Mereka bertiga saling mengisi. Hilman di forum lebih banyak diam. Dia yang menilai dan menyeleksi tulisan dari peserta coaching clinic penulisan kreatif tentang fiksi pop. Boim dibantu Gusur yang paling banyak bicara dan membanyol dalam acara kerja sama antara Kompas, Tirana, dan Yayasan Sahala itu. Lupus Baru akan muncul dalam berbagai format, novel, komik, online series, komik strip online, cerita anak, atau bahkan nantinya berwujud film. Bukan Hilman lagi yang menulis, melainkan penulis baru hasil seleksi acara coaching clinic. Mereka yang terpilih akan dibimbing melalui kegiatan workshop. (SIG)
—————
Novel “Inteligensi Embun Pagi” Diluncurkan

Penulis dan penyanyi Dewi “Dee” Lestari meluncurkan buku terbarunya, Inteligensi Embun Pagi,Minggu (28/2), di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Buku tersebut menjadi cerita pamungkas dari heksalogi novel fiksi Supernova. “Di buku terakhir ini semua tokoh utama, yakni Bodhi, Elektra, Zarah, dan Alfa, akan bertemu dan berkumpul di Indonesia,” ujar Dee. Seri novel Supernova terdiri dari Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001), Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang (2014),dan Inteligensi Embun Pagi (2016). Peluncuran buku disemarakkan dengan pembacaan cerita perjalanan lima belas tahun Supernova oleh Chicco Jerikho, Amanda Zevannya, Dinda Kanya Dewi, dan Joko Anwar. Pertunjukan tersebut merupakan kombinasi pembacaan fragmen dan musikalisasi oleh Dee bersama dua saudara kandungnya, Imelda Rosalin dan Arina Ephipania. (C05)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Februari 2016, di halaman 12 dengan judul “Langkan”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB