Wacana Pendidikan Desain

- Editor

Kamis, 22 Maret 2001

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PERSAHABATAN antara desain dan manusia terletak pada tahapan mengangkat harkat manusia menjadi satu dimensi yang lebih tinggi. Sasaran objeknya adalah insan khamil yang berpredikat sebagai makhluk sosial dengan sejumlah hasrat dan kebutuhan yang terkandung di dalam benak pikirannya. Desain dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan melalui metode berpikir. Berlandaskan pada ilmu pengetahuan, bersifat rasional dan pragmatis. Desain modern lahir karena ilmu pengetahuan modern telah memungkinkan munculnya industrialisasi. Oleh sebab itu sifatnya tidak bisa dilepaskan dari dua gejala yang saling berkait sebagai konsekuensi logis dari industrialisasi.

Ketika kita bertanya tentang peranan desain dalam kehidupan manusia, maka jawabannya selalu melingkar lingkar sekitar transformasi kekuasaan, teknologi, sains, dan pemujaan terhadap seni. Tetapi yang pasti, desain adalah bagian dari produksi massa dan konsumsi massa hasil dari sebuah industrialisasi.

Secara jujur harus dikatakan, desain merupakan bagian dan komponen utama yang dapat meningkatkan daya saing dan kualitas produk. Kesadaran akan perlunya desain produk, desain komunikasi visual, desain grafis, desain interior, dan desain tekstil belum sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat industri, khususnya oleh pengusaha industri kecil yang jumlahnya sekitar 2,4 juta unit usaha.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal tersebut berdampak pada lemahnya posisi tawar hasil produksi kita di tengah gelombang pasar bebas. Sehingga pada umumnya, mereka hanya menerima desain atas dasar pesanan konsumen. Oleh karena itu, dalam mengantisipasi persaingan ketat akibat globalisasi, pengembangan desain yang berakar dari sumber daya manusia dan budaya lokal Indonesia perlu dikembangkan dan dilindungi. Dengan demikian, akan muncul dan berkernbang desain desain produk industri yang mampu meningkatkan daya saing ekonomis, khususnya untuk industri kecil dan menengah.

Untuk menunjung keberhasilm industri, maka dibutuhkan pendidikan desain, baik dalam bentuk formal maupun non formal. Pendidikan desain dalam konteks industrialisasi ini menjadi penting karena bagaimana akan tercipta dan terwujud sebuah bentuk (produk) bila sebelumnya tidak melalui proses studi. Sebab apapun alasannya, untuk membentuk dan mendesain sebuah barang, tentunya berawal dari fenomena sebab akibat yang kemudian akan diteliti untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut.

Artinya, dengan adanya proses desain industri (desain produk)  di dalamnya mencakup pula desain komunikasi visual, desain grafis, desain interior dan desain tekstil  yang diakibatkan oleh tuntutan masyarakat, maka timbullah suatu gagasan bagaimana caranya dapat menciptakan hasil industri yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat (konsumen)? Barangkah hanya pendidikan desainlah yang mampu menjawab masalah tersebut. Di negara industri yang sudah maju, kehadiran pendidikan desain sangat diperlukan. Hampir di setiap perguruan tinggi, jurusan desain industri atau desain produk, desain komunikasi visual, desain grafis, desain interior dan desain tekstil, mendapat perhatian besar. Fasilitas penunjang pendidikan sangat signifikan untuk mengembangkan penelitian, eksperimen dan kajian teori yang terkait dengan aspek aspek desain.

Di Indonesia, meski pun pendidikan desain yang bersifat formal maupun non formal banyak tersebar di beberapa perguruan tinggi seperti. Jurusan Desain (Desain Komunikasi Visual dan Desain Interior) FSR ISI Yogyakarta, Akseri, MSD dan Akademi MSD, LPK VISI dan ADVY, Keahlian Desain Grafis PPKP UNY, Jurusan Desain Produk, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Tekstil FSRD ITB, UNS, IKJ, Unair, Universitas Tarumanegara, Universitas Trisakti, Universitas Pelita Harapan, Universitas Paramadina Mulya Jakarta, Universitas Kristen Petra Surabaya, sayang keberadaannya ditengarai belum banyak menunjang industrialisasi.
Hal itu terjadi karena di Indenesia, pertama, muatan kurikulumnya masih didominasi oleh kurikulum nasional yang berakibat pada pola penyeragarnan. Kedua, kesiapan mental maha¬siswa dalam mensikapi wacana desain masih rendah. Mereka masih beranggapan bahwa ku¬liah di perguruan tinggi desain cukup disikapi dengan perangai santai. Ketiga, perlu dilaku¬kan kerjasama saling menguntungkan antara pihak industri dan perguruan tinggi desain. Agaknya, konsep afiliasi menjadi sangat be¬ralasan dan berdampak positif. Konsep afiliasi ini diharapkan akan memecahkan kebekuan perihal pasokan SDM yang berkualitas, mene¬kan jumlah pengangguran dan yang lebih me¬narik, pengembangan ilmu desain akan lebih terkontrol.

*)Sumbo Tinarbuko, Staf Pengajar Program Studi Desain Komunikasi Visual, FSR ISI Yogyakarta dan Pengelola Lembaga Studi Kajian Desain Komunikasi Visual

Sumber: Kedaulatan Rakyat, Maret 2001

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:13 WIB

Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom

Rabu, 23 Maret 2022 - 08:48 WIB

Gelar Sarjana

Minggu, 13 Maret 2022 - 17:24 WIB

Gelombang Radio

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB