Perguruan Tinggi Diharapkan Lahirkan Inovasi
Bangsa ini membutuhkan generasi muda yang memiliki budaya inovatif dan kewirausahaan untuk mempercepat kemajuan bangsa. Untuk itu, perguruan tinggi dapat berperan sebagai pendorong lahirnya generasi muda masa depan yang mampu bersaing dan bekerja sama.
Perguruan tinggi diminta tidak terobsesi mengejar jumlah mahasiswa yang banyak, tetapi miskin pemikiran besar bagi kemajuan bangsa dan inovasi. Sebab, bangsa ini dapat mengejar ketertinggalan dengan melahirkan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengatasi kesenjangan atau ketidakmerataan pembangunan.
“Mudah saja bagi universitas untuk mencapai jumlah mahasiswa banyak. Biaya murah dan masuk tanpa tes. Tetapi, apakah perguruan tinggi itu mampu melahirkan pemikiran dan inovasi? Negara ini butuh perguruan tinggi yang mampu mendorong pada perubahan positif lewat pemikiran dan inovasi,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam orasi ilmiah bertajuk “Inovasi dan Kemajuan Jakarta”, Rabu (13/1). Orasi ilmiah disampaikan dalam peringatan Dies Natalis Ke-18 Universitas Paramadina yang dipimpin Rektor Universitas Paramadina Firmanzah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hadir dalam acara itu antara lain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang juga mantan Rektor Universitas Paramadina, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Sofyan Djalil, dan Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ainun Na’im.
Menurut Kalla, perguruan tinggi merupakan tempat menyiapkan masa depan bangsa melalui generasi mudanya. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu melihat kekurangan dan masalah yang ada di bangsa ini dan mencari solusi inovatif.
Generasi muda bangsa juga menjadi harapan dalam mengembangkan inovasi teknologi. Salah satunya ditunjukkan lewat inovasi dalam transportasi yang dilakukan Go-Jek. Generasi muda sudah tidak lagi masanya hanya mengejar mimpi jadi pegawai negeri sipil (PNS) yang dalam lima tahun ke depan bakal ditutup, kecuali untuk guru, tenaga kesehatan, dan periset.
Mandiri
Kalla mengatakan, bangsa Indonesia tidak bisa bergantung pada negara lain untuk maju. “Kita harus memakai kekuatan kita sendiri untuk maju. Kita punya sumber daya alam melimpah, jumlah penduduk besar yang berarti pasar besar, serta kelompok menengah yang baik. Kekuatan itu perlu ditingkatkan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu menjadi tantangan. Pemerintah harus memfasilitasi dan mendukung,” ujar Kalla, yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina.
Kalla mencontohkan almarhum Nurcholish Madjid yang memiliki pemikiran besar untuk bangsa. Dia berkeyakinan Indonesia harus menjadi bangsa moderat, plural, nasionalis, tetapi tetap religius. Dengan kekuatan internal Indonesia ditambah inovasi dalam segala sektor kehidupan, Indonesia diyakini dapat menjadi negara maju dengan situasi politik stabil dan ekonomi yang maju serta merata.
Penghargaan
Berkaitan dengan inovasi, Universitas Paramadina memberikan anugerah Paramadina Award kepada Nadiem Makarim, CEO dan pendiri Go-Jek Indonesia, perusahaan berbasis teknologi yang menyediakan berbagai layanan transportasi. Tiap tahun, Universitas Paramadina memilih tokoh inspiratif yang dinilai bekerja keras memberikan manfaat bagi lingkungan dan bangsa. Tokoh itu diharapkan menjadi teladan bagi terbangunnya semangat kewirausahaan, kepemimpinan, dan etika.
“Indonesia harus mulai sadar bahwa teknologi punya dampak sosial, seperti politik atau kebijakan pemerintah. Teknologi berperan dalam menyejahterakan masyarakat,” ujar Nadiem, yang meraih gelar BA dari Universitas Brown dan gelar MBA dari Sekolah Bisnis Harvard, Amerika. Inovasi Nadiem dinilai dapat dinikmati masyarakat.
Ketua Yayasan Wakaf Paramadina Hendro Martowardojo mengatakan, Universitas Paramadina memiliki sekitar 2.000 mahasiswa dan meluluskan sekitar 300 orang per tahun. Universitas itu hendak menjadi besar, tetapi tetap dengan komitmen untuk menghasilkan lulusan dengan intelektual tinggi serta integritas tinggi.
“Generasi muda yang berintegritas tinggi menjadi tantangan. Di kampus ini, mahasiswa wajib ikut mata kuliah anti korupsi,” kata Hendro. (ELN)
———–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Januari 2016, di halaman 11 dengan judul “Tumbuhkan Budaya Inovatif”.