Tsunami Cile Beri Pelajaran Berharga bagi Indonesia

- Editor

Kamis, 17 April 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sistem InaTEWS Dievaluasi

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika terbuka bagi evaluasi dan perbaikan terhadap sistem peringatan dini atau InaTEWS terkait tsunami jarak jauh. Evaluasi menyusul sistem peringatan dini yang dikeluarkan merespons tsunami Cile dua pekan lalu yang dianggap bermasalah dan memicu kepanikan warga.

Evaluasi itu melibatkan banyak lembaga, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Geologi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Kementerian Ristek. Evaluasi dan masukan juga dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bali dan Cilacap melalui telekonferensi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Mari apresiasi BMKG yang terbuka pada evaluasi,” kata Irina Rafliana dari LIPI. Tradisi keterbukaan perlu didorong agar muncul perbaikan sistem.

Menyusul gempa Mw 8,2 di Cile, Rabu (2/4), Indonesia Tsunami Early Warning Center (InaTEWS) BMKG mengeluarkan peringatan Waspada tsunami terhadap 115 lokasi di kabupaten/kota di 19 provinsi. Peringatan yang disebarkan BNPB dan media massa itu memicu kepanikan dan evakuasi di sejumlah tempat. Tsunami kiriman itu ternyata tidak membahayakan.
Dua pelajaran

Menurut Widjo Kongko, peneliti BPDP-BPPT, tsunami Cile jadi pelajaran berharga. ”Syukur ada tsunami Cile yang tanpa ada korban di Indonesia, tetapi kita bisa belajar,” kata dia. Peristiwa itu perlu dikaji dan didokumentasikan sebagai momen berharga menyempurnakan sistem.

Deputi Pendayagunaan Iptek Pariatmono mengatakan, selain tsunami Cile, Indonesia juga diberi kesempatan belajar dari tsunami Jepang dan gempa Aceh 2012 yang tak diikuti tsunami. ”Kejadian-kejadian ini tak memakan korban jiwa, tetapi ujian nyata bagi InaTEWS. Diharapkan setelah ini lebih baik,” kata dia.

Demi menyiapkan sistem peringatan dini dari tsunami jauh ini, kata Pariatmono, pemodelan menjadi sangat krusial.

Wahyu W Pandoe dari BPPT menambahkan, pemodelan itu perlu divalidasi alat sensor (buoy) tsunami. Khusus tsunami Cile itu, BPPT sudah membuat pemodelan dan divalidasi, tetapi terlambat dikirim ke BMKG.

Sementara itu, Deputi Kepala BMKG Bidang Geofisika Masturyono mengatakan, selama ini sistem peringatan dini yang ada memang belum disiapkan menghadapi tsunami yang sumbernya jauh, tetapi lebih untuk menghadapi tsunami bersumber dekat.

Oleh karena itu, BMKG terbuka menerima berbagai masukan demi perbaikan. ”Ini kesempatan menyempurnakan standar prosedur operasi tsunami yang sumbernya jauh,” kata dia.

Selain soal di hulu berupa teknis analisis mengantisipasi tsunami bersumber jauh itu, lanjut Masturyono, masalah juga ada di hilir, yaitu sosialisasi informasi ke publik. ”Peringatan yang kami sampaikan ke BNPB dan di situs web sebenarnya menyebut Waspada tsunami tanpa perlu evakuasi,” kata dia. Tingkat Waspada merupakan peringatan tsunami terbawah untuk tsunami setinggi kurang dari 0,5 meter. (AIK)

Sumber: Kompas, 17 April 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB