Tokoh Bioetika Umar Anggara Jenie Itu Berpulang

- Editor

Jumat, 27 Januari 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia periode 2002-2010, Prof Dr Umar Anggara Jenie, meninggal pada Kamis (26/1) pukul 03.30 WIB. Rumah duka di Jalan Waringinsari 1 Nomor C8, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta. Anak sulung almarhum, Siti Nurul Aisyiah, melalui telepon mengatakan, Umar meninggal akibat stroke. Stroke menyerang pakar kimia medis itu pada 2010. ”Kemarin Bapak masih rapat sampai malam,” kata Aisyiah.

Umar yang akan genap 67 tahun pada 22 Agustus 2017 meninggalkan istri Titiek Setyanti Jenie, tiga anak, dan lima cucu. Di lingkungan LIPI dan komunitas iptek, Umar dikenal sebagai tokoh bioetika. Hingga akhir hayatnya, masih aktif sebagai dosen di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. ”Kami semua kehilangan tokoh iptek yang berjasa pada lembaga, pengembangan riset dan iptek di Indonesia,” kata Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain.

Jasanya pada pengembangan riset dan iptek, khususnya dalam pengembangan bidang etika ilmiah, mendorong riset strategis, dan meningkatkan status pembinaan profesionalitas fungsional peneliti. Umar menerima Bintang Jasa Utama dari pemerintah dan penghargaan Sarwono Prawirohardjo tahun 2010, penghargaan tertinggi LIPI kepada ilmuwan yang berjasa di bidang iptek.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Umar Anggara Jenie lahir di Solo, Jawa Tengah, 22 Agustus 1950. Ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Kimia Medisinal Organik Fakultas Farmasi UGM pada 14 Juni 2010. Pendidikan S-1 di Fakultas Farmasi UGM (1975), S-2 Ilmu Kimia dari University of New South Wales, Australia (1982). Adapun doktor bidang ilmu kimia diraih di Australian National University (1988). Di luar aktivitas di kampus, Umar adalah Ketua Komisi Bioetika Nasional 2009-2012. Ia juga anggota International Dialogue on Bioethics of European Group on Ethics of Sciences and New Technology.

”Itu kegiatan internasional yang peduli etika di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baru,” ujar Nur Tri Aries Suestiningtyas, Kepala Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas LIPI.

Sumber: Kompas, 27 Jan 2017(YUN)

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 26 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB