Tiga Gempa Guncang Segmen Mentawai-Nias

- Editor

Kamis, 23 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tiga gempa bumi berkekuatan di atas M 5 mengguncang segmen Mentawai dan Nias, Selasa (21/6) dan Rabu (22/6). Namun, gempa-gempa itu dinilai belum mengurangi energi potensial gempa di segmen subduksi yang kekuatannya bisa di atas M 8 itu. Data BMKG, pusat gempa Rabu pada koordinat 0,91 LU dan 97,29 BT di laut pada jarak 24 km barat daya Nias Barat pada kedalaman 24 kilometer.

“Masyarakat Nias Barat kembali panik dan sebagian berlarian keluar rumah menuju perbukitan. Belum ada laporan kerusakan,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono. Gempa Nias ini terjadi akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Gempa ini gempa dangkal karena hiposenternya berkedalaman 24 km. (AIK)

———–
Beruang Madu Dilepasliarkan di SM Gunung Raya

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan melepasliarkan seekor beruang madu (Helarctos malayanus) di SM Gunung Raya. Beruang itu ditangkap warga di Desa Kepayang, Ogan Komering Ulu, dan kasus keempat di wilayah Sumsel. Hilangnya wilayah jelajah beruang jadi penyebab. Kepala BKSDA Sumsel Nunu Anugerah, Selasa (21/6), di Palembang. mengatakan, warga melihat seekor beruang madu masuk perkebunan milik warga pada Sabtu lalu. Tahun ini ada tiga kasus beruang madu masuk perkebunan warga. Februari lalu, tiga beruang berada di perkebunan warga yang diduga datang dari kawasan hutan lindung di Ogan Komering Ulu, sekitar 100 km dari tempat ditemukan. (RAM)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Juni 2016, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB