Terungkap, Mengapa Orang Tak Bisa Hidup Tanpa Telepon Pintar

- Editor

Selasa, 12 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Telepon pintar telah menjadi teman tetap manusia. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, 46 persen orang dewasa melaporkan tidak bisa hidup tanpa telepon pintar. Penelitian itu juga mengungkap ketergantungan manusia dengan telepon pintar karena sejarah evolusi manusia.

KOMPAS/PRIYOMBODO–Pengunjung Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, memperhatikan pergerakan indeks melalui telepon pintarnya, Senin (15/10/2018).

Laporan kajian berjudul ”Ponsel Cerdas dan Hubungan Dekat: Kasus untuk Ketidakcocokan Evolusi” itu dimuat dalam jurnal Perspectives on Psychological dan dipublikasikan juga dalam Sciencedaily.com, 11 Februari 2019.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kajian dilakukan David A Sbarra dari Departemen Psikologi Universitas Arizona serta Julia L Briskin dan Richard B Slatcher dari Departemen Psikologi Universitas Negeri Wayne, Detroit, AS.

Mengutip Pew Research Center, tahun 2016, di seluruh dunia, lebih dari 2 miliar orang memiliki telepon pintar. Sebanyak 77 persen orang Amerika mengakses telepon pintar setiap hari, berinteraksi di situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau Snapchat.

Lebih dari seperempat orang di Amerika Serikat melaporkan mengakses telepon pintar hampir terus-menerus. Dalam survei Pew Research Center tahun 2015, sebanyak 46 persen orang dewasa melaporkan bahwa mereka tidak bisa hidup tanpa telepon pintar.

KOMPAS–Pengunjung menjajal telepon pintar yang dipajang di salah satu stan pameran Mega Bazaar Computer di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dalam kajiannya, Sbarra dan rekan-rekannya mengusulkan penjelasan mengapa manusia begitu tertarik pada telepon pintar, bahkan ketika perangkat itu membuat orang keluar dari momen hubungan dekat antarmanusia. ”Hal itu karena sejarah evolusi kita,” tulis mereka.

Manusia terprogram untuk terhubung dengan orang lain. Dalam perjalanan sejarah evolusi, manusia mengandalkan hubungan erat dengan jaringan kecil keluarga dan teman untuk bertahan hidup sebagai individu dan sebagai spesies. Hubungan ini didasarkan pada kepercayaan dan kerja sama yang dibangun ketika orang mengungkapkan informasi pribadi tentang diri mereka sendiri dan responsif terhadap orang lain.

Telepon pintar dan akses konstan yang mereka berikan melalui pesan teks dan media sosial memudahkan orang untuk mengungkapkan informasi pribadi dan menanggapi orang lain di jejaring sosial mereka. Jaringan ini lebih besar dan lebih jauh daripada jaringan nenek moyang manusia.

KOMPAS—Beragam pasar aplikasi tersedia untuk dimanfaatkan pengguna telepon seluler pintar demi mendapatkan aplikasi yang bisa dipasang di perangkat mereka, Kamis (17/9/2015).

Gambar atau tarikan telepon pintar terhubung ke modul yang sangat tua di otak yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Cara manusia terhubung dengan orang lain adalah penyingkapan diri dan responsif. Evolusi membentuk penyingkapan diri dan responsif dalam konteks jaringan kerabat kecil.

”Kami sekarang melihat perilaku ini lebih atau kurang dikutip oleh situs jejaring sosial dan melalui telepon kami. Lihatlah, orang menelusuri Facebook dan tanpa berpikir menekan tombol ’suka’ ketika anaknya mencoba untuk menceritakan sebuah kisah kepadanya,” tutur Sbarra.

Ia tidak percaya telepon pintar semuanya buruk. Faktanya, ia dan rekan-rekannya mengakui bahwa perangkat itu menawarkan beberapa manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan, dan mengirim pesan singkat memberi banyak pasangan rute untuk terhubung dengan cara yang bermakna.

KOMPAS–Warga sibuk dengan gawai mereka saat mengunjungi sebuah mal di Jakarta, Jumat (6/3/2015). Pengguna gawai di Indonesia yang berjumlah lebih dari 40 juta orang menjadi pasar potensial bagi produk telepon pintar.

”Kami menjauh dari pertanyaan apakah situs jejaring sosial dan penggunaan ponsel pintar itu baik atau buruk. Teknologi ada di mana-mana, dan itu tidak akan hilang, juga tidak boleh,” ujarnya.

Penelitian tentang dampak negatif telepon pintar antara lain dilakukan Universitas Ride, AS. Studi selama setahun tentang pengguna telepon pintar ini menemukan bahwa pengguna merasa telepon pintar sebenarnya merugikan kemampuan mereka untuk belajar.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa meskipun para pengguna awalnya percaya bahwa perangkat seluler akan meningkatkan kemampuan mereka untuk berkinerja baik dengan pekerjaan rumah dan tes dan pada akhirnya mendapatkan nilai yang lebih baik, yang sebaliknya dilaporkan pada akhir penelitian.

”Penelitian kami dengan jelas menunjukkan bahwa hanya menyediakan akses ke telepon pintar, tanpa kegiatan pembelajaran yang diarahkan khusus, sebenarnya dapat merusak proses pembelajaran secara keseluruhan,” kata Philip Kortum, guru besar psikologi di Universitas Rice, seperti dikutip Sciencedaily.com, 7 Juli 2015.

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 12 Februari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB