Temuan Burungbuah Satin Menjadi Asa Mengungkap Sejarah Alam Papua

- Editor

Selasa, 12 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Spesies baru burungbuah satin yang ditemukan di Kawasan Pegunungan Kumawa, Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Spesies yang cukup langka ini diprediksi membantu penyebaran biji untuk menjaga vegetasi di alam.

DOKUMENTASI LIPI—-Burungbuah satin (Melanocharis citreola.) merupakan spesies baru yang berhasil diidentifikasi peneliti Indonesia dan Perancis dalam ekspedisi Proyek Lengguru. Spesies ini ditemukan di Lengguru, Kawasan Pegunungan Kumawa, Kabupaten Kaimana, Papua Barat.

Identifikasi spesies baru burungbuah satin yang ditemukan di Kawasan Pegunungan Kumawa, Kabupaten Kaimana, Papua Barat, menjadi harapan baru dalam mengungkap sejarah alam, khususnya di Papua. Meski bukan termasuk spesies burung yang estetik, burungbuah satin diprediksi turut membantu proses penyebaran biji untuk menjaga vegetasi di alam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tanah Papua menyimpan beragam misteri alam yang sampai kini belum banyak dijelajahi dan dipelajari para peneliti. Terbaru, para peneliti asal Indonesia dan Perancis yang tergabung dalam Proyek Lengguru menemukan jenis burung baru Berrypecker di Kawasan Pegunungan Kumawa yang diberi nama latin Melanocharis citreola.

Dalam bahasa Inggris, burung pemakan buah beri ini disebut satin berrypecker atau burungbuah satin dalam bahasa Indonesia. Laporan penemuan spesies burungbuah satin ini dipublikasikan di jurnal ilmiah IBIS pada 11 Juni 2021. Dalam jurnal itu disebutkan, burung ini ditemukan di kanopi hutan dengan ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Jenis baru ini dimasukkan dalam genus Melanocharis karena memiliki bentuk khas dengan paruh kokoh berwarna hitam. Badan bagian atas burung ini yang meliputi bulu pada punggung dan pantat memiliki perpaduan warna biru-hitam. Perpaduan ini sangat kontras dengan bagian bawah yang berwarna lebih terang.

Bagian malar atau sisi samping dari tenggorokan memisahkan warna biru hitam pada muka dengan tenggorokan yang putih. Sementara bagian bawah seperti tenggorokan, dada, dan perut berwarna putih satin dengan sedikit warna kuning lemon. Semua bentuk dan warna tersebut merupakan ciri khas yang sangat membedakan dengan jenis lain dalam satu genus.

DOKUMENTASI LIPI—-Burungbuah satin (Melanocharis citreola.) merupakan spesies baru yang berhasil diidentifikasi peneliti Indonesia dan Perancis dalam ekspedisi Proyek Lengguru. Spesies ini ditemukan di Lengguru, Kawasan Pegunungan Kumawa, Kabupaten Kaimana, Papua Barat.

Dari ukurannya, burungbuah satin tergolong kecil dengan panjang sayap 62 milimeter (mm), panjang tarsus 19,4 mm, panjang ekor 49,5 mm, dan panjang paruh dari dasar tengkorak kepala 11,2 mm. Selain itu, panjang paruh dari ujung lubang hidung 7,3 mm, lebar paruh pada ujung lubang hidung 4,1 mm, dan tinggi paruh di ujung lubang hidung 3,5 mm.

Peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hidayat Ashari menceritakan, ekspedisi Proyek Lengguru dilakukan dua kali pada 2014 dan 2017. Ekspedisi ini diselenggarakan oleh French Institute de Recherche pour le Développement (IRD) dan bekerjasama dengan LIPI, Universitas Papua, Universitas Cendrawasih, Universitas Musamus, serta Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong.

Lengguru yang merupakan pegunungan kapur terjal dan terisolasi di Kawasan Pegunungan Kumawa dipilih menjadi lokasi ekspedisi karena sangat kurang dipelajari serta memiliki medan berbahaya. Kondisi ini membuat para peneliti menduga banyaknya spesies baru yang belum teridentifikasi di Lengguru.

Selain itu, ekspedisi ingin mengidentifikasi spesies burung betina yang ditemukan peneliti biologi Jared Diamond dan K David Bishop. Dalam laporan yang dipublikasikan pada 2015, dua peneliti tersebut pernah sampai di Lengguru dengan ketinggian 1.000 mdpl pada kurun waktu 1983 dan 2013.

DOKUMENTASI LIPI—–Lengguru, Kawasan Pegunungan Kumawa, Kabupaten Kaimana, Papua Barat.

Mereka kemudian menggambarkan burung tersebut memiliki bagian atas berwarna zaitun dan bagian bawah pucat kekuningan serta bergaris-garis tidak jelas. Sayangnya, tidak ada spesimen ataupun foto dari burung tersebut.

“ Karena saat ekspedisi pertama perbekalan tidak memadai, kami hanya bisa mencapai titik ketinggian 1.000 meter dan menangkap satu burung jantan yang memiliki perbedaan dengan jenis Melanocharis dalam satu famili tetapi belum teridentifikasi jelas,” ujar Hidayat yang merupakan salah satu penulis laporan tersebut, Selasa (22/6/2021).

Pemeriksaan spesimen
Setelah ekspedisi pertama, para peneliti kembali melakukan perjalanan pada 2017 dan berhasil mencapai ketinggian 1.200 mdpl. Peneliti menduga burung yang ditemukan pada ekspedisi pertama banyak berada di ketinggian tersebut meski jarang ada perjumpaan secara langsung. Selama 22 hari, mereka berhasil menangkap kembali tiga burung jantan dengan morfologi yang sama.

“Kami memeriksa tiga burung itu di Museum Zoologi Bogor dan dibandingkan dengan tiga spesimen dari famili yang sama tetapi jenis berbeda. Dari situ kami lihat jelas sekali perbedaannya. Kami juga melakukan analisis DNA dan membandingkan dengan gambar burung di beberapa kolega di Amerika, Australia, dan Eropa,” kata Hidayat.

DOKUMENTASI LIPI—Sejumlah spesimen burungbuah yang digunakan peneliti untuk mengidentifikasi spesies baru.

Menurut Hidayat, burungbuah satin bukan jenis burung pengicau dan tidak estetik. Namun, selain memakan buah, burung ini diduga turut menyebarkan biji untuk menjaga vegetasi di alam. Hal ini merupakan salah satu peran penting keberadaan burungbuah satin.

“Untuk jenis burung ini kami memang masih membutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui perilaku, pola makan, dan jenis betinanya. Namun lebih luas lagi, masih banyak penelitian yang bisa dilakukan untuk mengungkap sejarah alam termasuk burung di tanah Papua khususnya di Lengguru,” tuturnya.

Biodiversity Conservation Officer Yayasan Burung Indonesia, Achmad Ridha Junaid, menyampaikan, melihat dan mencermati sejumlah literatur yang ada, burungbuah satin merupakan spesies baru yang cukup langka, khususnya di wilayah Pegunungan Kumawa. Penemuan pada elevasi yang relatif lebih tinggi sekitar 1.200-1.500 mdpl menggambarkan bahwa burung ini memiliki perilaku untuk menghuni hutan pegunungan.

“Publikasi ilmiah burungbuah satin ini belum menjelaskan bagaimana status konservasi. Namun kalau diperhatikan dari kelimpahan yang relatif langka dan keberadaannya di daerah pegunungan, ada kemungkinan status konservasi spesies ini lebih tinggi dari spesies lainnya dalam famili yang sama,” ungkapnya.

DOKUMENTASI LIPI—-Lengguru, Kawasan Pegunungan Kumawa, Kabupaten Kaimana, Papua Barat.

Saat ini, Yayasan Burung Indonesia mendata ada 10 spesies burung di dalam famili Melanocharitidae. Nantinya, burungbuah satin menjadi spesies kesebelas. Berdasarkan daftar merah Badan Konervasi Dunia (IUCN), seluruh spesies ini masih berstatus resiko rendah (least concern).

“Keseluruhan spesies dari famili ini tersebar di pulau Papua dan memang masih dibutuhkan penelitian populasi lebih lanjut untuk dapat menentukan status konservasi dari burungbuah satin ini,” ujarnya.

Oleh PRADIPTA PANDU

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 24 Juni 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB