Tanggung Jawab Produsen atas Sampah Plastik Ditagih

- Editor

Senin, 18 September 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kemasan produk makanan dan minuman berbahan plastik adalah penyumbang terbesar sampah laut Indonesia. Produsen produk tersebut diminta bertanggung jawab mengatasi permasalahan sampah ini.

Dalam rangka Internasional Coastal Clean-up Day 2017, Greenpeace Indonesia menggelar audit dan pembersihan di Pulau Bokor, Kelurahan Pulau Pari, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Sabtu, (16/9). Kegiatan ini dihadiri Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu Yusen Hardiman, Kepala Kelurahan Pulau Pari Surahman, dan perwakilan Polisi Kehutanan Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta.

Kegiatan ini diikuti oleh 107 relawan yang berasal dari masyarakat umum dan komunitas-komunitas yang mendaftar. Mereka dibagi menjadi kelompok beranggotakan 9-10 orang yang bertugas memungut, mengategorikan, dan mendokumentasikan sampah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan audit sampah, perusahaan yang kemasan produknya menjadi penyumbang sampah laut terbesar dapat diidentifikasi. Hasil penelitian Greenpeace Indonesia pada 2016, 73 persen sampah laut yang terdampar di beberapa pulau di Kepulauan Seribu adalah sampah plastik.

“Kami mendesak para produsen barang-barang yang kemasannya menjadi penyumbang terbesar sampah laut untuk tidak mengabaikan regulasi yang telah diatur,” kata Andre Prasetyo, relawan Greenpeace Indonesia.

Daur ulang
Andre mengatakan, pada Pasal 15 UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah diatur, produsen wajib mengelola kemasan atau barang produksinya yang sulit atau tidak bisa diurai oleh proses alam. Ketentuan ini diatur kembali pada PP No 81/2012 Pasal 12-14, bahwa produsen wajib membatasi timbunan sampah, mendaur ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.

SATRIO PANGARSO WISANGGENI–Peserta International Coastal Clean-up Day 2017 Greenpeace Indonesia memilah sampah yang terdampar di pantai Pulau Bokor, Kepulauan Seribu, Sabtu, (16/9). Plastik kemasan dan botol plastik menyumbang sekitar 73 persen sampah laut, menurut riset Plastic Debris Research 2016 Greenpeace Indonesia.

“Salah satu bentuk yang dapat dilakukan oleh produsen-produsen ini adalah menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur ulang. Mereka juga dapat membuat kemasan dari bahan yang lebih ramah lingkungan,” ujar Andre.

Melalui kegiatan ini, Andre juga mengajak masyarakat tidak boros plastik. “Mereka yang ikut kegiatan ini diminta untuk membawa botol minum dan tempat makan sendiri. Kebiasaan menggunakan botol plastik sekali pakai dan nasi kotak harus dikurangi,” kata Andre. Dia berharap kegiatan ini dapat menyentil pemerintah untuk berani menegakkan peraturan-peraturan tersebut.

Yusen mengatakan, sampah laut yang berada di sekitar Kepulauan Seribu merupakan kiriman dari daratan atau wisatawan yang berkunjung. Setiap hari, sampah yang diangkut dari laut sekitar 13-20 ton. “Arus laut dapat membawa sampah dari Tangerang, bahkan Lampung. Jika sudah musimnya, sampah dari Bekasi atau Karawang pun ke sini,” kata Yusen. (DD17)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 September 2017, di halaman 10 dengan judul “Tanggung Jawab Produsen Ditagih”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB