Tingginya kadar kolesterol jahat bisa memicu serangan stroke. Untuk itu, kadar kolesterol perlu dikendalikan dengan pola hidup sehat, termasuk membatasi konsumsi makanan berlemak.
Sekitar 70 persen kasus stroke disebabkan hipertensi dan 30 persen serangan stroke karena kadar kolesterol jahat (low density lipoprotein) tinggi. Pengendalian LDL untuk menekan risiko penyumbatan pembuluh darah pemicu stroke dislipidemia.
Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, stroke jadi penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir semua rumah sakit di Indonesia. Prevalensi stroke naik dari 2007 sebesar 8,3 per 1.000 penduduk menjadi 12,1 per 1.000 orang pada 2013.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dokter spesialis saraf yang juga Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Mursyid Bustami menjelaskan, warga kerap mengabaikan pentingnya pengendalian faktor risiko stroke. Sebagian orang belum menyadari kadar kolesterol jahat yang tinggi bisa memicu stroke. Kolesterol bisa menyumbat dan menggumpal serta mempersempit aliran darah di pembuluh darah.
“Tingginya LDL dalam darah bisa memicu aterosklerosis, pembuluh darah menyempit akibat menempelnya lemak di dinding pembuluh darah sehingga mengganggu aliran darah ke otak,” kata Mursyid, dalam temu media, Selasa (1/3), di Jakarta.
Untuk itu, perlu deteksi dini faktor risiko stroke, antara lain pemeriksaan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Stroke iskemik (transient ischemic attack) menjadi gejala stroke bersifat sementara selama kurang dari 24 jam dan terjadi 5-15 menit serta tak memicu kerusakan saraf secara permanen. “Penyumbatan pembuluh darah bisa di mana saja. Jika kena batang otak, akibatnya bisa fatal. Jadi, lebih baik periksa ke dokter untuk mendeteksi ada faktor risiko stroke,” katanya.
Kadar kolesterol bisa diturunkan dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti membatasi makan berlemak, mengontrol berat badan, berhenti merokok, dan rutin berolahraga. Jika target penurunan kolesterol belum tercapai, konsumsi obat statin jadi pilihan intervensi kadar kolesterol jahat untuk mengurangi plak lemak di pembuluh darah.
Dokter spesialis saraf Rumah Sakit Siloam Karawaci, Rocksy Fransisca Situmeang, menambahkan, statin bisa dikonsumsi pasien stroke berulang. Lalu, kadar kolesterol dipantau demi mencegah stroke berulang. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), pada sejumlah kasus, efek samping statin terjadi dalam tiga minggu. (C07)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Waspadai Kolesterol Tinggi”.