Sri Mulyani, berjuang selamatkan sekolah dari ancaman tutup

- Editor

Kamis, 14 Juli 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seperti apa perasaan seorang guru yang mengetahui bahwa sekolah tempatnya mengajar terancam tutup lantaran siswa yang masuk makin lama makin sedikit? Rasa pedih itu pasti salah satu yang dirasakan Sri Mulyani, guru di MI Sudirman Pabongan, Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar. Namun wanita kelahiran Karanganyar, 11 November 1974 ini tak mau menyerah berjuang menghidupkan kembali sekolah tersebut.

Arif, bijaksana, tekun dan bersabar itulah moto yang selalu ia pegang selama menjalankan tugasnya menjadi guru di MI Sudirman. Ibu dari tiga anak masing-masing Pratama, 12; Rivaldi, 9; dan Nabila, 20 bulan ini bahkan rela bergerak dari pintu ke pintu untuk menarik minat warga bersekolah di MI Sudirman. Saat itu, hati nuraninya tergerak melihat sekolah yang ikut dirintisnya mulai sepi. Kondisinya bahkan nyaris tutup. Ibaratnya mati tidak, hidup pun tak mau.

Satu per satu guru mulai meninggalkan sekolah itu dan memilih mengajar di sekolah lain. Namun Sri tetap bertahan mengajar di sekolah tersebut. “Padahal saya waktu itu masih WB (wiyata bhakti-red). Teman-teman saya yang keluar dan mengajar di luar justru sudah diangkat menjadi PNS. Saya sampai nangis sendiri,” ujarnya.

Namun keikhlasan dan kesabaran serta ketekunan niatan untuk memajukan sekolahnya, akhirnya sekolah itu bisa kembali bangkit. Sri mendatangi dari rumah ke rumah mencari siswa dan merintis kembali sekolah MI Sudirman dengan mengawali dari tingkat RA/TK sejak lima tahun lalu. “Sebanyak 12 siswa saat itu bisa masuk ke sekolah ini dan sampai sekarang Alhamdulillah sekolah ini sudah bisa hidup kembali,” tuturnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penantian panjang menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dari guru WP selama hampir 14 tahun lebih akhirnya membuahkan hasil. Sejak dua tahun lalu dirinya diangkat menjadi PNS dan terus mengajar di MI Sudirman. Banyak hal yang perlu disikapi secara arif dan bijaksana dalam menjalankan profesi sebagai tenaga pendidik. Kesabaran, itulah kunci utama dalam menjalankan tugas tersebut. “Dengan dilandasi keikhlasan dan sukarela semua permasalahan diterima dengan bersyukur. Itu yang terpenting dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru,” ujarnya.

Indah Septiyaning Wardani

Sumber: Solo Pos, Kamis, 14 Juli 2011 12:47 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB