Serat Kapuk Indonesia Diekspor ke Jepang

- Editor

Rabu, 6 Mei 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menghasilkan inovasi untuk memenuhi kebutuhan serat lembaran dari tanaman kapuk di Jepang. Inovasi itu digunakan sebagai pengisi lapisan jaket musim dingin.

HUMAS BALITBANG KEMENTERIAN PERTANIAN—Tanaman kapuk

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian atau Balitbangtan kembali menghilirkan inovasinya untuk memenuhi kebutuhan fiber sheet atau serat lembaran dari tanaman kapuk di Jepang. Kali ini lembaga tersebut bekerja sama riset dengan perusahaan Jepang, Kapok, Ltd.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Fiber sheet ini akan digunakan sebagai pengisi lapisan jaket musim dingin (coat/mantel) yang akan diproduksi Kapok, Ltd,Japan,” kata Pelaksana Tugas Sekretaris Badan Litbang Pertanian, yang juga Kepala Puslitbang Perkebunan, Syafaruddin, dalam siaran pers, Selasa (5/5/2020).

Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama riset ini dilakuan secara virtual dengan CEO Kapok Japan, Ltd, Kisho Fukai di Osaka, dengan Kepala Badan Litbang Pertanian Fadjry Djufry di Jakarta. ”Tak terhalang oleh pandemi Covid-19, upaya untuk komersialisasi hasil inovasi ke mancanegara ini merupakan yang kedua,” ujar Fadjry.

Sebelumnya, Balitbangtan telah bekerja sama dengan Sakata Seed Corp untuk mengomersialisasikan bunga pacar air atau Impatient. ”Sekarang inovasi Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) berupa serat kapuk dari varietas kapuk nasional akan diproduksi sebagai serat lembaran yang akan menggantikan penggunaan serat bulu angsa,” kata Fadjry.

KOMPAS/PASCAL S BIN SAJU–Sekalipun langit cerah, London, ibu kota Inggris, Rabu (13/2/2019), diselimuti udara dingin dengan suhu siang hari berkisar 6-8 derajat celsius. Di jalan orang-orang mengenakan mantel atau baju hangat, syal, atau bahkan sarung tangan untuk menahan embusan angin yang menusuk tulang.

Serat lembaran yang akan diproduksi Kapok Japan, Ltd akan dibuat dari serat kapuk Indonesia. Serat lembaran ini akan digunakan Futaba Shoji, Ltd, perusahaan keluarga yang yang sudah bergerak di bisnis coat atau mantel sejak tahun 1947. ”Produksi coat dengan lapisan kapuk serat lembaran ini akan dipasarkan secara global based on order (berdasarkan pesanan),” kata Kisho Fukai yang baru berusia 29 tahun ini.

Produk berkelanjutan
Riset untuk memproduksi kapuk serat lembaran akan menggunakan serat kapuk dengan komposisi 90 persen. Komposisi serat kapuk yang tinggi ini akan menggantikan serat lembaran yang dibuat di China berdasarkan pemesanan Kapok Japan Ltd, yang kini hanya 40 persen.

”Penggunaan serat kapuk dengan komposisi tinggi untuk serat lembaran ini merupakan salah satu usaha Kapok Japan untuk branding image sebagai produk yang lebih sustainable (berkelanjutan),” ungkap Prof Nurindah, peneliti tanaman serat di Balittas (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat).

Tidak tanggung-tanggung, Kapok memercayai produk serat lembaran yang diinginkan di Indonesia karena sudah melihat produk yang sebelumnya dari China yang masih banyak campuran poliesternya. ”Kapuk lokal Indonesia yang merupakan hasil varietas Balittas ini bisa dimanfaatkan untuk menjaga keunikan produk Kapok,” ucap Titik Sundari, Kepala Balittas.

Produksi serat lembaran ini akan dilakukan di Indonesia dan direncanakan melibatkan perkebunan kapuk di Banyuwangi. Dengan demikian, nantinya produk yang diekspor bukan merupakan bahan mentah, melainkan sudah bahan baku jadi siap pakai. ”Hal ini tentu lebih menguntungkan bagi petani serta memberi nilai tambah produk ekspor yang dapat mengungkit daya saing bangsa,” ujarnya.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 5 Mei 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 20 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB