sepsis; Peta Kuman Meningkatkan Efektivitas Terapi

- Editor

Selasa, 16 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peta kuman terkini diperlukan sebagai dasar pemberian antibiotik bagi pasien. Hal itu bertujuan agar pemberian antibiotik efektif membunuh kuman penyebab infeksi dan mencegah terjadinya sepsis. Untuk itu, pendataan jenis dan penanganan kuman perlu diperbarui secara berkala.

Kepala Laboratorium Mikrobiologi Klinik Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Anis Karuniawati memaparkan hal itu pada Simposium Hari Sepsis Sedunia, Sabtu (13/9), di Jakarta.

Mengutip data Aliansi Sepsis Global, angka kejadian sepsis di dunia naik 8-13 persen per tahun dan angka kematian 60-80 persen. Sepsis adalah respons tubuh pada infeksi yang mengakibatkan kegagalan multi-organ, bahkan kematian. Infeksi yang berisiko menjadi sepsis adalah infeksi nosokomial, infeksi saluran kencing, dan infeksi paru-paru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Anis, data terutama tentang jenis kuman dan penanganannya (peta kuman) amat diperlukan dalam penanganan sepsis. Karena itu, rumah sakit dan seluruh unit kerja di RS mesti menyediakan peta kuman sebagai acuan bagi dokter dalam mencegah dan menangani sepsis dengan pemberian antibiotik.

”Peta kuman harus selalu diperbarui setidaknya enam bulan sekali untuk RS besar,” kata Anis. Hal itu perlu dilakukan agar pemberian antibiotik bisa dilakukan dengan tepat, mengingat banyak kuman kebal atau resisten terhadap antibiotik.

”Dengan peta kuman, bisa diketahui mana bakteri yang kebal pada antibiotik tertentu sehingga bisa jadi acuan,” kata Anestesis dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Achsanuddin Hanafie. Karena itu, kerja sama dokter dan laboratorium mikrobiologi diperlukan demi memperbarui peta kuman.

Dengan adanya peta itu, kuman yang kebal bisa dikendalikan. Pemberian antibiotik yang tepat juga bisa dilakukan dengan cepat. Keterlambatan pemberian antibiotik yang tepat bisa meningkatkan potensi kematian hingga 7,6 persen tiap jam. ”Harus cepat diberikan, tetapi juga harus tepat,” ucap Hanafie.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan perawatan intensif FK Universitas Tarumanagara, Frans J Pangalila, jika kena sepsis, kematian bisa dicegah dengan memberi antibiotik lebih dari satu sejak dini. Itu juga rekomendasi Surviving Sepsis Campaign 2012, terutama pada sepsis berat. (A04)

Sumber: Kompas, 15 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB