antimikroba; Gunakan Antibiotik secara Tepat

- Editor

Rabu, 15 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penggunaan antibiotik tak tepat atau tak sesuai indikasi medis kian marak. Padahal, hal itu bisa menyebabkan kuman penyebab penyakit kebal terhadap obat antibiotik. Akibatnya, pengobatan menjadi lebih lama dan lebih sulit dilakukan.

Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan Chairul Radjab Nasution, dalam temu media, Selasa (14/10), di Jakarta, mengatakan, kuman menjjadi kebal terhadap antibiotik karena meningkatnya pemakaian antibiotik tak tepat. Jadi, konsumsi antibiotik tak sesuai indikasi medis.

Kebiasaan masyarakat mengonsumsi antibiotik secara bebas tanpa resep dokter juga menyebabkan bakteri penyebab penyakit kebal pada antibiotik. ”Diperkirakan, 50 persen antibiotik diberikan pada kasus tak perlu, seperti penyakit infeksi karena virus,” kata Chairul. Padahal, menurut Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan Bayu Teja Muliawan, antibiotik termasuk obat keras. Karena itu, pemakaiannya harus dengan resep dokter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sekretaris Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Anis Karuniawati mengatakan, penyakit infeksi yang disebabkan bakteri bisa diatasi dengan memberi antibiotik. Akan tetapi, tak semua penyakit infeksi disebabkan bakteri. Ada penyakit infeksi yang disebabkan virus.

Kini apa pun penyakit infeksinya, orang cenderung mengonsumsi antibiotik. Padahal, penggunaan antibiotik tak tepat akan membuat bakteri kebal sehingga pengobatan menjadi lebih lama dan lebih sulit dilakukan.

Terkait hal itu, anggota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba, Taralan Tambunan, mengatakan, klinisi harus berpedoman pada panduan WHO dalam memberi obat. Dalam pedoman itu disebutkan, pemberian obat harus tepat diagnosis, jelas tujuannya, benar memilih obat, dan tepat memberikannya.

Anggota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba, Purnamawati, menegaskan, anak-anak paling banyak terpapar antibiotik karena kerap sakit. Namun, antibiotik tak mesti diberikan setiap kali anak sakit karena kebanyakan sakit yang diderita tergolong ringan dan bisa sembuh sendiri, seperti demam, batuk dan pilek, serta muntah disertai diare.
(ADH)

Sumber: Kompas, 15 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB