Seniman Akademis Undip Agus Maladi Itu Berpulang

- Editor

Sabtu, 16 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jawa Tengah kehilangan salah satu seniman dan akademisi yang produktif dalam berkarya. Seniman sekaligus Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Agus Maladi Irianto (56), meninggal pada Jumat (15/3/2019) pukul 03.25, di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi, Kota Semarang.

Kerabat yang juga dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip, Mulyo Hadi Purnomo, mengatakan, gangguan kesehatan yang dialami Agus sudah cukup lama. Namun, sejak awal 2018 baru terbilang semakin parah. Sejak Februari 2018, Agus sudah tak bisa beraktivitas normal. Setahun lebih, Agus keluar masuk RS.

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Suasana persemayaman seniman sekaligus Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Agus Maladi Irianto (56) di Auditorium Undip Pleburan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/3/2019). Agus Maladi meninggal di Semarang pada Jumat dini hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ada masalah pada organ hati, darah, tapi bukan leukemia, serta tulang sumsum dan tulang belakang. Beberapa waktu lalu diperbolehkan pulang dari RS, tetapi baru tiga hari di rumah, kondisi menurun, hingga kemudian meninggal di RS,” ujar Mulyo.

Jenazah Agus disemayamkan di rumah duka, di Mangunharjo. Jenazah selanjutnya dibawa ke Auditorium Undip Pleburan, untuk diberi penghormatan terakhir, sebelum dikebumikan di Pemakaman Keluarga Besar Undip, Tembalang, Semarang, pukul 15.00.

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Suasana pemakaman seniman sekaligus Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Agus Maladi Irianto (56) di Pemakaman Keluarga Besar Undip, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/3/2019). Agus Maladi meninggal di Semarang pada Jumat dini hari.

Agus meninggalkan istri, Anna Lisnawati. Agus, lahir di Wonosobo, 4 Agustus 1962, menjabat Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Undip (1999-2004), lalu Dekan FIB Undip (2010-2015). Sejak 2016, dia menjadi Ketua Program Studi Magister Ilmu Susastra FIB Undip. Pada 2017, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Undip.

Selain akademisi, Agus juga dikenal sebagai seniman yang melahirkan banyak karya, pada seni kesusastraan, pertunjukan teater, dan film. Agus juga meneliti berbagai hal terkait kesenian, kebudayaan, media, dan kondisi sosial masyarakat, terutama di Jateng.

Buku yang ditulisnya antara lain Tayub, Antara Ritualitas dan Sensualitas: Erotika Petani Jawa Memuja Dewi (2005), Epistemologi Kebudayaan, Isu Teoritik Dalam karya Etnografi (2009), serta Media dan Kekuasaan, Antropologi Membaca Dunia Kontemporer (2014).

Dalam seni pertunjukan teater, Agus menyutradarai, antara lain Pesta Pelangi (1995), Indonesia Tanpa Pagar (1999), dan Bila Malam Bertambah Malam (2010). Agus juga menyutradarai sejumlah film, fiksi maupun dokumenter, seperti Keris (2009), Jelajah Budaya (2012), Di Balik Misteri Jathilan (2015), dan Ayah (2016).

Sejumlah penghargaan yang diterimanya, antara lain Aktor Terbaik Nasional Festival Teater Mahasiswa oleh Ditjen Kebudayaan RI (1985), Sutradara Terbaik Festival Teater Mahasiswa Undip (1986), Satya Lencana 20 Tahun dari Presiden RI (2013), dan Penulis Skenario dan Sutradara Film Pendek dan Dokumenter Terbaik oleh Kemdikbud (2014).

UPT HUMAS UNIVERSITAS DIPONEGORO–Seniman dan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Agus Maladi Irianto.

Organisasi yang diikutinya antara lain Dewan Kesenian Semarang atau Dekase (ketua: 1997-2000, pembina: Sejak 2001), Forum Komunikasi Media Kesenian Tradisional Jawa Tengah (ketua I sejak 2010), dan Laboratorium Seni dan Kebudayaan Lengkong Cilik (penanggungjawab sejak 1995).

Tafsiran sastra
Menurut budayawan Semarang, Prie GS, Agus merupakan sosok yang sangat peka secara nurani dan tak pernah mau berkonflik. Agus amat mencintai sastra dan menafsirkannya dengan cara-cara yang akademis, sehingga kesenian menjadi terkuantifikasi atau terukur.

“Pendekatan seperti itu beda dengan cara-cara alamiah oleh seniman jalanan seperti kami. Meski pendekatan dengan intuisi saja pun tidak buruk, kuantifikasi ini penting karena membuat segala sesuatu menjadi terukur. Jasa beliau sangat besar dalam hal itu. Kami kehilangan,” ucap Prie.

Mantan Rektor Undip, Sudharto P Hadi, menilai Agus sebagai seorang pribadi yang utuh, sebagai dosen, budayawan, maupun seniman. Agus juga selalu total dalam berkarya.

Agus, yang mengenyam pendidikan pascasarjana bidang antropologi di Universitas Indonesia, membuat penelitian-penelitian sastra lebih ke arah antropologi. “Selain itu, dik Agus memberi warna humanis bagi Undip. Kerap mengingatkan agar Undip tak hanya mengejar kemajuan iptek, tetapi juga dilandasi humanisme,” kata Sudharto.

Rektor Undip Yos Johan Utama, menuturkan, Agus merupakan salah satu putra terbaik Undip, yang telah melahirkan banyak karya. Ia berharap karya-karya terbaik almarum dapat menjadi rujukan dan dikenang mahasiswa, kolega, serta masyarakat luas.–ADITYA PUTRA PERDANA

Editor GREGORIUS FINESSO

Sumber: Kompas, 15 Maret 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB