Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika membuat skala intensitas gempa untuk menggantikan skala Mercalli yang sebelumnya dipakai. Penggantian skala itu diharapkan memudahkan pemahaman warga di Indonesia.
“Kami namakan pengukuran ini Skala Intensitas Gempa (SIG) BMKG,” kata Deputi Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Masturyono, di Jakarta, Jumat (6/5).
Pertanyaan pertama begitu terjadi gempa biasanya terkait kapan, di mana, dan seberapa besar kekuatannya. “Pertanyaan-pertanyaan itu bisa dijawab dan diinformasikan BMKG kepada publik dalam waktu 5 menit setelah kejadian,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dua pertanyaan juga harus dijawab BMKG, yakni apakah gempa memicu tsunami dan apakah menimbulkan kerusakan. “Pertanyaan pertama bisa dijawab setelah 5 menit, tergantung lokasi dan fakta, termasuk informasi daerah terdampak. Untuk menjawab pertanyaan kedua, BMKG memberi informasi peta shakemap,” ucap Masturyono.
Pada dasarnya, shakemap ialah peta penunjuk intensitas gempa di beberapa titik observasi. Intensitas gempa terkait tingkat kerusakan selama ini digunakan skala Mercalli atau dikenal sebagai MMI (Modified Mercalli Intensity). Skala itu ditemukan vulkanolog Italia awal abad ke-20, dipakai secara internasional.
“Dalam MMI, ada 12 skala. Memang rinci, tetapi kerap kali sulit dimengerti masyarakat umum. Karena itu, kami menyederhanakan dengan membagi jadi lima skala,” kata Masturyono.
Skala 1 artinya gempa bumi tercatat alat. Skala 2, gempa dirasakan beberapa orang. Skala 3, gempa berpotensi mengakibatkan kerusakan ringan. Skala 4, gempa bisa memicu kerusakan menengah, dan skala 5 bisa menimbulkan kerusakan berat.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Jepang juga tidak memakai skala MMI. Mereka membuat skala sendiri, yakni JMA (Japan Meteorological Agency) Intensity Scale, terdiri atas tujuh tingkatan.
Gempa Selat Sunda
Untuk sementara, pemberian informasi menurut SIG BMKG disandingkan MMI. Misalnya, Jumat pukul 09.04.08 WIB ada gempa tektonik berkekuatan 5,3 di zona Selat Sunda. Pusat gempa di koordinat 6,46 Lintang Selatan dan 104,27 Bujur Timur di Samudra Hindia, 122 kilometer selatan kota Agung, Lampung.
Gempa itu dirasakan di beberapa daerah di Lampung dan Banten. Berdasarkan peta tingkat guncangan SIG BMKG, kekuatan gempa di Bandar Lampung, kota Agung, dan Liwa, skala intensitas III MMI (II SIG BMKG), di Anyer, Serang, Labuan skala intensitas II MMI (I SIG BMKG).
Jika ditinjau kedalaman hiposenter, gempa itu dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Hiposenter gempa di zona transisi Megathrust-Benioff, yakni zona subduksi lempeng, mulai menukik di bawah lempeng Eurasia, selatan Selat Sunda. (AIK)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Mei 2016, di halaman 13 dengan judul “Satuan Baru Intensitas Gempa Ditetapkan”.