Riset dan Inovasi UGM Dukung Penanganan Covid-19

- Editor

Kamis, 2 Juli 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Universitas Gadjah Mada (UGM) menjalankan penelitian di sejumlah bidang untuk membantu penanggulangan pandemi Covid-19 di Indonesia. Sampai sekarang, sudah ada 119 penelitian yang dikerjakan UGM terkait Covid-19.

Para dosen dan peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, berjibaku melakukan penelitian untuk membantu penanggulangan pandemi Covid-19 yang tengah terjadi. Mereka menggarap riset di berbagai bidang dan menghasilkan sejumlah produk inovatif yang diharapkan bisa turut berkontribusi mempercepat penyelesaian pandemi Covid-19.

Hingga sekarang, sivitas akademika UGM telah mengerjakan sedikitnya 119 penelitian untuk membantu penanganan Covid-19. Penelitian yang dilakukan tak hanya berkait dengan bidang kesehatan, tetapi juga sosial humaniora, ketahanan pangan, dan bidang-bidang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Total hingga sekarang ada 119 penelitian yang dikerjakan oleh teman-teman di UGM. Ini yang dikerjakan sejak awal munculnya Covid-19 sampai sekarang,” ujar Sekretaris Direktorat Penelitian UGM, Mirwan Ushada, Jumat (26/6/2020), di Yogyakarta.

Mirwan menjelaskan, sejak masa-masa awal penularan penyakit Covid-19 di Indonesia, UGM langsung bergerak untuk membantu penanganan pandemi yang terjadi. Salah satu yang dilakukan oleh para dosen dan peneliti di UGM adalah mengerjakan penelitian di sejumlah bidang yang berkaitan dengan penanganan Covid-19.

Penelitian yang dikerjakan sivitas akademika UGM itu mencakup beragam bidang. Di bidang kesehatan, para dosen dan peneliti UGM berhasil membuat sejumlah alat kesehatan, misalnya ventilator atau alat bantu pernapasan, alat tes cepat (rapid test) Covid-19, dan bilik untuk membantu tenaga kesehatan melakukan pengambilan sampel dengan metode swab atau usap tenggorokan.

KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO—Seorang tenaga kesehatan menunjukkan alat tes cepat bernama RI-GHA yang dibuat tiga instansi, yakni Universitas Gadjah Mada, Laboratorium Hepatika, dan Universitas Airlangga, di Puskesmas Mlati II, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (18/6/2020).

Di bidang sosial, para dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM telah menerbitkan buku berjudul Tata Kelola Penanganan Covid-19 di Indonesia: Kajian Awal. Buku itu berisi hasil kajian terhadap tata kelola dan kebijakan penanganan Covid-19 di Tanah Air yang ditinjau dari beragam aspek.

Mirwan menambahkan, sejumlah dosen UGM juga mengerjakan penelitian di bidang lain, misalnya terkait masalah ketahanan pangan masyarakat pada masa pandemi. Selain itu, ada juga peneliti UGM yang mengembangkan produk minuman instan herbal untuk meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh.

Dalam melakukan berbagai penelitian itu, Mirwan menuturkan, para dosen dan peneliti UGM bekerja sama dengan sejumlah pihak, misalnya lembaga pemerintah, perusahaan swasta, dan perguruan tinggi lain. Sebagian penelitian itu juga mendapat dukungan dari pemerintah melalui program Prioritas Riset Nasional (PRN) dan program Konsorsium dan Riset Inovasi Covid-19.

Menurut Mirwan, selain mendorong para dosen dan penelitinya untuk melakukan penelitian, UGM juga membantu proses hilirisasi hasil-hasil riset yang sudah jadi. Proses hilirisasi itu dilakukan agar hasil penelitian tersebut bisa segera bermanfaat untuk masyarakat luas.

”Kami harus memastikan hasil-hasil riset itu bisa dilakukan hilirisasi segera karena Covid-19 ini kan membutuhkan penanganan segera,” tuturnya.

Mirwan menambahkan, dalam proses hilirisasi itu, UGM juga memastikan hak kekayaan intelektual dari produk yang dihasilkan benar-benar terlindungi. Untuk inovasi alat kesehatan, UGM juga memastikan alat-alat tersebut harus lolos seluruh uji atau pemeriksaan yang diwajibkan pemerintah sebelum akhirnya diproduksi.

Selain itu, UGM juga akan membantu para penelitinya untuk mendapatkan mitra yang dibutuhkan dalam proses penelitian. ”Ketika penelitian yang dilakukan itu belum ada mitranya, segera akan dicarikan mitranya. Dalam penelitian itu, kadang ada peneliti kita yang sudah punya mitra, tetapi kadang ada yang belum,” papar Mirwan.

Produksi
Mirwan menuturkan, sebagian penelitian yang dilakukan sivitas akademika UGM telah menghasilkan produk akhir yang siap diproduksi. Dia mencontohkan, ventilator buatan tim UGM yang diberi nama Venindo telah lolos uji yang dilakukan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Surabaya. ”Ventilator itu sudah bersiap memasuki fase produksi,” katanya.

Kepala Subdirektorat Program Penelitian Direktorat Penelitian UGM Ririn Tri Nurhayati mengatakan, produk lain buatan tim UGM yang sudah jadi adalah Gama Swab Sampling Chamber. Produk itu berupa bilik khusus untuk membantu petugas mengambil sampel swab atau usap tenggorokan.

Sejak akhir April 2020, Gama Swab Sampling Chamber buatan tim lintas fakultas UGM itu sudah digunakan di Rumah Sakit Akademik UGM. Gama Swab Sampling Chamber dilengkapi teknologi high efficiency particulate air (HEPA) filter yang mampu menyaring aliran partikel udara hingga 0,3 mikro dengan efisiensi lebih dari 99 persen.

Teknologi tersebut akan melindungi petugas di dalam bilik dari kemungkinan penularan oleh orang yang tengah menjalani swab. Oleh karena itu, penggunaan bilik tersebut diharapkan bisa menghemat pemakaian alat pelindung diri (APD).

Ririn menambahkan, produk lain yang sudah jadi adalah alat tes cepat Covid-19 yang diberi nama RI-GHA. Alat ini dikembangkan oleh tim UGM yang bekerja sama dengan tim Universitas Airlangga, Surabaya, serta Laboratorium Hepatika di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Sejak awal Juni, telah dilakukan uji lapangan terhadap alat tes cepat RI-GHA di sejumlah kota di Indonesia.

Dalam kesempatan sebelumnya, Ketua Tim Peneliti RI-GHA, Sofia Mubarika Hayana, mengatakan, alat tes cepat itu memiliki beberapa kelebihan, misalnya waktu analisis yang cepat dan dan harga yang murah. Rata-rata waktu yang dibutuhkan alat tersebut untuk menganalisis sampel darah hanya sekitar 10-15 menit.

Sementara itu, harga produksi alat tes cepat RI-GHA hanya Rp 50.000 per unit. Padahal, alat tes cepat yang selama ini beredar di pasaran harganya bisa mencapai Rp 135.000 hingga Rp 450.000 per unit.

Oleh HARIS FIRDAUS

Editor: HARIS FIRDAUS

Sumber: Kompas, 1 Juli 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB