Puluhan Mobil Buatan Mahasiswa Bersaing Hemat Energi

- Editor

Rabu, 25 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019 - Sebanyak 80 peserta dari 45 perguruan tinggi di Indonesia berlaga dalam KMHE 2019, Selasa (24/09/2019) di Universitas Negeri Malang. 
KOMPAS/DAHLI IRAWATI
2019-09-24

Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019 - Sebanyak 80 peserta dari 45 perguruan tinggi di Indonesia berlaga dalam KMHE 2019, Selasa (24/09/2019) di Universitas Negeri Malang. KOMPAS/DAHLI IRAWATI 2019-09-24

Sebanyak 80 peserta berlaga dalam Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019, 24 September-28 September 2019. Selain berkompetisi dalam bidang teknologi, kegiatan itu diharapkan membiasakan generasi muda berkompetisi di era globalisasi.

Hal itu dikatakan Direktur Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Didin Wahidin, saat membuka KMHE 2019, Selasa (24/09/2019) di Universitas Negeri Malang (UM). Hadir dalam pembukaan Rektor UM, Ahmad Rofiudin, dan Ketua Panitia KMHE 2019, Yoto.

Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019 – Sebanyak 80 peserta dari 45 perguruan tinggi di Indonesia berlaga dalam KMHE 2019, Selasa (24/09/2019) di Universitas Negeri Malang.
KOMPAS/DAHLI IRAWATI–2019-09-24

KMHE 2019 diikuti 80 peserta dari 45 perguruan tinggi di Indonesia. Kontes dimulai dengan beberapa seleksi mulai dari penyisihan hingga proposal desain. Kompetisi dibagi dalam dua kategori yaitu mobil urban dan prototipe. Mobil menggunakan bahan bakar bensin, diesel, etanol, dan motor listrik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kompetisi ini bukan hanya untuk mencari juara, namun juga membiasakan kita dengan kompetisi di tingkat dunia. Mencoba menghantam sindrom inferioritas kita selama ini. Bangsa kita harus percaya diri, punya jati diri, bangga, dan semakin cinta tanah air. Kita harus membangun kesetaraan dengan bangsa lain, atau setidaknya melampaui,” kata Didin.

Rektor Universitas Negeri Malang Ahmad Rofiudin mengatakan bahwa kontes tersebut harusnya tidak sekedar dimaknai sebagai kompetisi semata. “Tetapi juga menjadi refleksi bagi pendidikan tinggi di Indonesia dalam perbaikan kompetisi teknologi. Ajang ini harapannya jadi cermin inovasi lembaga untuk pembangunan energi dan pangan, sesuai tuntutan revolusi industri 4.0,” katanya.

Ketua Panitia KMHE 2019, Yoto, mengatakan tujuannya sebagai wadah bagi mahasiswa, universitas, institut, dan politeknik di seluruh Indonesia untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi guna memberikan solusi bagi persoalan energi nasional. Terutama, dalam pengembangan kendaraan masa depan yang hemat dan ramah lingkungan.

Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019 – Sebanyak 80 peserta dari 45 perguruan tinggi di Indonesia berlaga dalam KMHE 2019, Selasa (24/09/2019) di Universitas Negeri Malang.
KOMPAS/DAHLI IRAWATI–2019-09-24

Sekretaris Umum Tim Semeru UM, Dani Prasetyo,salah satu tim peserta KMHE 2019, bertekad kembali memenangi kompetisi tersebut sebagaimana tahun sebelumnya. Tahun lalu, tim UM merebut juara 1 kategori mobil prototipe dan juara 2 kategori urban.

“Tahun ini, kami kembali membawa dua mobil yaitu kategori urban dan prototipe. Kami menargetkan untuk kembali memenangi kompetisi, dengan memperbaiki mobil yang kami buat. Harapannya, mobil kami nantinya bisa menjadi prototipe mobil masa depan di Indonesia,” kata Dani.

Salah satu mobil dibawa Tim Semeru UM adalah mobil urban Akasa Evo 2. Mobil tersebut buatan tahun 2019, dengabahan bakar etanol. “Mobil ini lebih baik dibanding mobil sebelumnya, karena menggunakan material karbon fiber yang lebih enteng dan lebih aerodinamis. Sebelumnya bahan mobil kami bahannya karbon fiber bercampur fiberglass. Kami berharap ke depan inovasi kami lebih baik dari waktu ke waktu,” katanya.–DAHLIA IRAWATI

Editor AGNES SWETTA PANDIA

Sumber: Kompas, 24 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB