Kejadian bencana banjir dan longsor meningkat dengan dampak meluas. Pulau Jawa paling sering terdampak, menyusul tingginya degradasi lingkungan. Memasuki musim hujan, masyarakat diminta mewaspadai bencana jenis hidrometeorologi ini.
“Dari tahun ke tahun, banjir dan longsor meningkat. Faktor utama penyebab banjir dan longsor ialah ulah manusia meski kejadiannya mengikuti pola musim hujan,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Kamis (26/10).
Dalam 13 tahun terakhir, jumlah korban tewas akibat banjir 2.214 orang dan korban tewas akibat longsor 2.312 orang. “Longsor menjadi bencana paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala BNPB Willem Rampangilei, yang ditemui dalam Peringatan Bulan Peringatan Pengurangan Risiko Bencana di Sorong, menekankan pentingnya mewaspadai banjir dan longsor. Data BNPB, secara nasional, ada 40,9 juta jiwa di zona rawan longsor, dan warga berisiko terdampak banjir 63,7 juta jiwa.
Daerah rawan banjir dan longsor di Indonesia meluas seiring degradasi lingkungan dan kerusakan daerah aliran sungai. Sepanjang tahun 2017, 255 jiwa meninggal akibat bencana hidrometeorologi ini, 21.629 rumah rusak, 289.010 terendam, dan 1453 fasilitas publik rusak.
Daerah paling kerap terdampak banjir tahun ini adalah Jawa Timur yang mengalami 97 kejadian, Jawa Tengah 96 kejadian, disusul Jawa Barat 58 kejadian. Area paling kerap dilanda longsor adalah Jawa Tengah 195 kejadian, Jawa Barat 107 kejadian, dan Jawa Timur 97 kejadian.
Empat daerah paling sering dilanda longsor pada 2015-2017 ialah Kabupaten Bogor 151 kali, Wonogiri 139 kali, Cilacap 125 kali, dan Sukabumi 125 kali. Dalam kurun sama, daerah paling kerap mengalami banjir adalah Kabupaten dan Kota Bandung 220 kali, disusul Cilacap 107 kali, dan Bojonegoro 101 kali.
Dominasi kejadian banjir dan longsor di Jawa, menurut Sutopo, menunjukkan parahnya degradasi lingkungan di pulau ini serta pertumbuhan penduduk yang tinggal di zona rentan bencana.
Pola hujan
Menurut Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Ramlan, selain bahaya banjir dan longsor, memasuki awal musim hujan, perlu diwaspadai ancaman puting beliung dan sambaran petir. “Kalau melihat polanya, masih kuat monsun timur kering. Fasenya pancaroba. Cuaca bisa berubah cepat, rentan puting beliung dan hujan deras tiba-tiba,” ujarnya.
Terkait karakter musim hujan kali ini, sebagian area Indonesia akan mengalami intensitas hujan di atas normal (tinggi) sehingga perlu lebih waspada mengantisipasi banjir dan longsor. Wilayah itu ialah Sumatera bagian tengah, perbatasan Jambi dan Pekanbaru. Sumatera Selatan bagian barat, sekitar Bengkulu, Palembang, dan Lampung bagian timur.
DKI Jakarta, Bekasi, dan Kerawang dikategorikan di atas normal. Demikian halnya, Kalimantan bagian utara, sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur. Yogyakarta bagian utara, Lombok bagian barat, Kendari, Sulawesi Selatan bagian utara, Maluku, Papua Barat, dan Merauke.
Daerah dengan intensitas hujan relatif kecil atau di bawah normal hanya 8 persen, antara lain Banten selatan dan Jawa Barat selatan. (AIK)
Sumber: Kompas, 27 Oktober 2017