Tahun ini diperlakukan peraturan baru penerimaan mahasiswa perguruan tinggi negeri. Para guru agar dapat membimbing siswa menentukan pilihannya.
Sebanyak 1.000 guru bimbingan konseling dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi mendapatkan sosialisasi terkait peraturan baru penerimaan mahasiswa baru untuk perguruan tinggi negeri. Guru-guru diharapkan bisa membimbing siswa menentukan pilihan saat akan mendaftar di perguruan tinggi negeri.
Sosialisasi tersebut diselenggarakan Universitas Indonesia. Sosialisasi serupa juga akan dilakukan ke berbagai SMA di Jabodetabek. Sosialisasi ini dinilai penting karena penerimaan mahasiswa baru sangat berpengaruh kepada administrasi perguruan tinggi negeri (PTN), termasuk akreditasi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Dari kiri ke kanan: Wakil Rektor I Universitas Indonesia Bambang Wibawarta, Rektor UI Muhammad Anis, dan Ketua Penerimaan Mahasiswa Baru UI Untung Yuwono dalam sosialisasi mengenai Ujian Tertulis Berbasis Komputer di Depok, Selasa (8/1/2019).
Kepala Humas UI Rifelly Dewi Astuti mengatakan, apabila calon mahasiswa yang diterima di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang berdasarkan nilai rapor SMA/SMK/MA sejak semester pertama tidak mengambil jatah SNMPTN yang ia terima, ada siswa lain yang kehilangan haknya. Padahal, siswa tersebut mungkin tidak lulus SNMPTN karena kuota di program studi (prodi) yang dituju.
“Selain itu, dalam penganggaran dana operasional PTN juga harus disusun ulang. Apalagi jika di tengah semester ada mahasiswa yang berhenti kuliah karena merasa tidak cocok dengan prodi yang diambil. Hal ini berisiko menurunkan akreditasi kampus,” tutur Rifelly di sela-sela jumpa pers Rektor UI Muhammad Anis mengenai sosialisasi Ujian Tertulis Berbasis Komputer ke media di UI Depok, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019).
Dalam peraturan yang dikeluarkan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) ditegaskan bahwa siswa SMA sederajat yang diterima melalui jalur SNMPTN dilarang untuk melepaskannya dan mengambil prodi lain melalui Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) ataupun ujian mandiri di tiap-tiap PTN. Mereka boleh mengambil dua jalur tersebut apabila tidak lulus SNMPTN.
Dua kali ujian
Rektor UI Muhammad Anis mengatakan, setiap peserta UTBK diperbolehkan mengikuti ujian tersebut sebanyak dua kali. Ujian dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu mulai tanggal 13 April hingga 26 Mei. Jenis ujian ada dua, yaitu Sains dan Teknologi serta Sosio-Humaniora.
Peserta boleh mengambil kedua jenis ujian, boleh pula mengambil satu jenis ujian sebanyak dua kali. Misalnya, peserta mengambil ujian Sosio-Humaniora. Ketika hasil ujian diumumkan tujuh hari setelah itu, peserta yang tidak puas boleh mengambil kembali ujian yang sama.
“Pada tanggal 10 Juni ketika pendaftaran SBMPTN dibuka peserta boleh memilih dua prodi dari dua PTN. Untuk setiap prodi yang dilamar, peserta hanya boleh memasukkan satu nilai hasil UTBK. Kami menyarankan mereka memilih nilai yang tertinggi dari dua ujian yang diambil,” ujar Anis.
Adapun tempat ujian adalah di 74 PTN dan sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai mitra pelaksana UTBK. Pelaksanaan UTBK di wilayah Jabodetabek selain di UI juga ada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah, Universitas Pembangunan Negeri Veteran, dan Universitas Negeri Jakarta. UI bekerja sama dengan sekolah-sekolah di Depok, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur dalam pelaksanaan UTBK.
Peta kompetensi
Ketua Majelis Guru Bimbingan Konseling DKI Jakarta Ester Asianita Damanik mengatakan, sekolah-sekolah sudah mulai mendapat informasi mengenai UTBK. Sejauh ini, reaksi sekolah masih bertanya-tanya karena ini kali pertama penyelenggaraannya.
“Namun, kami berharap UTBK bisa menjadi peta kompetensi siswa karena menunjukkan bidang-bidang yang menjadi kelebihan dan kekurangan siswa. Misalnya, melalui UTBK terungkap siswa kurang baik dalam ilmu ukur bidang dan bangunan, ia bisa mengetahui bahwa kurang cocok untuk masuk ke prodi seperti Arsitektur dan Teknik Sipil,” tuturnya.
Lebih jauh lagi, adanya UTBK ditargetkan bisa membuat siswa menguatkan kompetensinya sejak kelas X. Menurut Ester, selama ini, siswa hanya belajar persiapan SBMPTN melalui kisi-kisi soal. Akibatnya, mereka mendapat nilai baik ketika SBMPTN, tetapi ternyata tidak mampu mengikuti perkuliahan karena sebenarnya kemampuannya tidak cocok di jurusan tersebut.
Sementara itu, Guru BK SMAN 8 Jakarta Ika Budhiningsih mengatakan, terkait SNMPTN pihak sekolah menekankan sejak dini kepada siswa untuk tidak asal memilih. Alasannya karena apabila siswa lulus SNMPTN dan tidak mengambilnya, kuota SNMPTN untuk angkatan berikutnya dikurangi. Siswa dan orangtua harus menandatangani surat perjanjian bermaterai sebagai bukti komitmen mereka kepada SNMPTN.–LARASWATI ARIADNE ANWAR
Sumber: Kompas, 9 Januari 2019