Dalam rangka memperingati satu abad Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2011, sejumlah cendekiawan mengadakan pertemuan untuk menggagas berdirinya Sekolah Tinggi Filsafat Gus Dur.
Pertemuan yang digagas oleh pendiri Gus Dur School of Philosophy, Edward Soeryadjaya, akan dilakukan di Jalan Teluk Betung 37, Jakarta Pusat dan akan dihadiri 100 cendekiawan nasional.
Menurut Edward Soeryadjaya, sekolah ini diharapkan bisa membangun Paradigma Filsafat dan Kebudayaan. “Demi untuk meluruskan kembali roadmap kehidupan berbangsa, seperti yang dicita-citakan pendiri Republik ini,” ujar Edward dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (20/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih lanjut Edward mengatakan peluncuran Gus Dur School of Philosophy ini merupakan kegiatan untuk mengundang partisipasi pemikiran dan peran serta setiap eksponen bangsa yang terpanggil untuk meluruskan kembali roadmap kehidupan berbangsa.
Sementara, menurut Prof Achmad Mubarok, sekolah Filsafat ini didirikan dengan maksud untuk menjadi basis pengembangan kajian pemikiran, filsafat, dan kebudayaan yang berwawasan global tetapi tetap memiliki akar yang kuat pada tradisi ke-Indonesiaan.
“Suatu masa, kita pernah merasa bangga menjadi orang Indonesia yang ramah, santun, dan religius. Kita juga bangga dengan keragaman budaya yang kita miliki. Tetapi ketika reformasi bergolak kita tersadar bahwa kita bukanlah bangsa yang ramah, santun dan religius” ujar Mubarok.
Sekolah Filsafat yang digagas Prof Achmad Mubarok dan Edward Soeryadjaya itu direncanakan akan hadir pula sejumlah tokoh seperti Komarudin Hidayat, M Sobari, J Kristiadi, dan Romo Franz Magnis Suseno.(dtc-80)
Sumber: Suara Merdeka, 21 Mei 2011