Penguatan ilmu eksakta, terutama di bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika, memegang peranan penting sebagai kunci sukses bagi pembangunan suatu negara. Dengan pendidikan berbasis sains, teknologi, rekayasa, dan matematika yang kuat, Indonesia memiliki amunisi yang efektif untuk menghadapi berbagai tantangan di bidang infrastruktur, energi, keamanan nasional, serta kesehatan lingkungan.
Nenny Soemawinata, Managing Director Putera Sampoerna Foundation, di Jakarta, Jumat (21/11), mengatakan, fokus pendidikan berbasis sains, teknologi, rekayasa, dan matematika atau STEM (science, technology, engineering, dan mathematics) saat ini berkembang karena dibutuhkan untuk membentuk dan memperkuat karakter siswa yang tangguh dalam memecahkan masalah dengan mengasah pemikiran kritis, keuletan, dan ketekunan. Pendidikan STEM dapat mengasah kemampuan generasi muda Indonesia untuk memahami isu yang lebih kompleks sehingga dapat mencari solusi yang kreatif.
Menurut Neny, siswa Indonesia perlu terus didorong untuk mau menggeluti STEM. Pendidikan STEM ini menjadi salah satu fokus Putera Sampoerna Foundation dalam pengembangan sekolah-sekolah yang dibina serta perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penguatan STEM ini bagi Indonesia penting, antara lain untuk memperbanyak insinyur yang dibutuhkan dalam pembangunan. Indonesia baru bisa memproduksi 42.000 dari kebutuhan 175.000 insinyur per tahun. Selain itu, kemampuan kompetensi STEM juga semakin dibutuhkan di dunia kerja. Mengutip National Science Foundation, dalam 10 tahun ke depan sekitar 80 persen lapangan pekerjaan akan membutuhkan kemampuan kompetensi STEM yang memadai.
Upaya untuk menarik minat siswa belajar STEM antara lain dilakukan konsultan pendidikan luar negeri SUN Education Group. Kevin Tan, Chief Marketing Officer SUN Education Group, mengatakan, tiap tahun pihaknya menggelar demonstrasi STEM dengan mendatangkan profesor dari perguruan tinggi ternama dan menggelar simulasi STEM yang menarik siswa SMA Indonesia.
”Kami ingin siswa Indonesia punya pikiran yang terbuka untuk juga melirik STEM. Pilihan kariernya berkembang. Jangan kalau memilih kuliah itu terpusat ke bisnis saja,” ujar Kevin. (ELN)
Sumber: Kompas, 22 November 2014