Pengembangan Kota di Pesisir Timbulkan Polusi Cahaya Berbahaya di Dasar Laut

- Editor

Selasa, 4 Agustus 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penelitian Plymouth Univerisity di Inggris menemukan bahwa pengembangan kota yang berelasi dengan kehadiran cahaya-cahaya buatan di pesisir memapar dasar laut dengan polusi cahaya.

Sebuah penelitian terbaru menguatkan penelitian selama ini akan dampak lampu-lampu atau cahaya penerang buatan manusia menimbulkan gangguan pada ekosistem laut. Seiring pembangunan yang terus masif, pesisir menjadi sasaran lokasi perluasan kota.

Studi terbaru yang dipimpin University of Plymouth, Inggris, menunjukkkan perluasan global kota-kota pesisir ini dapat membuat lebih dari tiga perempat dasar laut terpapar pada tingkat polusi cahaya yang berpotensi membahayakan. Para peneliti setempat menyatakan bahwa di bawah langit yang berawan dan cerah, jumlah cahaya yang digunakan dalam penerangan jalan sehari-hari merembes ke seluruh area kolom air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ini bisa menimbulkan ancaman signifikan bagi spesies pesisir. Dengan penelitian terbaru menunjukkan keberadaan skyglow (cahaya langit) buatan dapat mengganggu penggunaan kompas bulan yang digunakan spesies saat menempuh jarak jauh.

Hasil penelitian saat ini menemukan bahwa jumlah polusi cahaya yang penting secara biologis dapat mencapai dasar laut itu ditentukan warna panjang gelombang yang bersinar di permukaan. Teknologi LED (light emitting diode) yang digunakan pada lampu, misalnya, menggunakan campuran panjang gelombang hijau, biru, dan merah untuk menghasilkan kecerahan mereka.

Panjang gelombang hijau dan biru tersisa hingga 76 persen dan 70 persen dari area dasar laut yang tergambar secara tiga dimensi. Sementara keberadaan lampu merah kurang dari 1 persen.

Penelitian—yang juga melibatkan Bangor University, University of Strathclyde dan Plymouth Marine Laboratory—diterbitkan dalam Scientific Reports, sebuah jurnal online dari penerbit Nature. Ini adalah studi pertama di dunia untuk mengukur sejauh mana cahaya artifisial yang penting secara biologis lazim di dasar laut dan, pada gilirannya, dapat memiliki efek yang merugikan pada spesies laut.

Hasil kami berfokus pada area laut yang ’sibuk’ dan menunjukkan cahaya dari pusat kota pesisir tersebar luas di seluruh permukaan laut, subpermukaan, dan dasar laut dari habitat laut yang berdekatan.

Thomas Davies, pengajar Konservasi Laut di Universitas Plymouth dan penulis utama makalah itu, mengatakan, ”Area yang terbuka di sini tidak sepele. Hasil kami berfokus pada area laut yang ’sibuk’ dan menunjukkan cahaya dari pusat kota pesisir tersebar luas di seluruh permukaan laut, subpermukaan, dan dasar laut dari habitat laut yang berdekatan. Namun, Plymouth masih hanya satu kota pantai dengan populasi 240.000 orang,”

Di sisi lain, saat ini 75 persen kota-kota besar di dunia berada di daerah pantai dan populasi penduduknya diproyeksi menjadi lebih dari dua kali lipat pada 2060. ”Jadi, kecuali kita mengambil tindakan sekarang, jelas bahwa pencemaran cahaya biologis yang penting di dasar laut kemungkinan akan secara global meluas, meningkatkan intensitas dan luasnya, dan menempatkan habitat laut dalam bahaya,” katanya dalam Science Daily, 30 Juli 2020.

Studi ini berfokus pada daerah Plymouth Sound dan Tamar Estuary yang bersama-sama membentuk jalur air yang sibuk dan merupakan rumah bagi pelabuhan laut terbesar di Eropa Barat. Penelitian selama empat malam pada 2018, dalam beberapa kondisi, yaitu ketika ada sedikit atau tidak ada cahaya bulan, dan cahaya buatan biru, hijau, dan merah bersinar di permukaan laut selama kondisi yang jernih dan berawan, dan pada saat pasang surut. Kombinasi pemetaan dan alat pemodelan transfer radiatif kemudian digunakan untuk mengukur paparan di permukaan, di bawah permukaan, dan di dasar laut.

Para peneliti sekarang menyerukan peninjauan yang lebih komprehensif tentang dampak penuh dari polusi cahaya pantai. Tujuannya tak lain demi mencoba mengurangi dampak paling berbahaya ketika kota-kota pesisir tumbuh secara global.

Tim Smyth, Kepala Ilmu Pengetahuan Biogeokimia Kelautan dan Pengamatan Kelautan di Laboratorium Kelautan Plymouth, mengatakan, ”Polusi cahaya dari kota-kota pesisir kemungkinan memiliki dampak buruk pada ekosistem dasar laut yang menyediakan jasa ekosistem penting.”

Ia didapatkan dari pengamatan di Tamar Estuary dan Plymouth Sound selama empat malam berturut-turut pada September 2018. ”Video selang waktu dari perjalanan kami benar-benar menyoroti betapa cerahnya garis pantai kami pada malam hari. Selama penelitian lapangan, kami mengukur bidang cahaya air di atas dan optik dalam air serta berjalan di dalam air simulasi pemodelan cahaya agar kami dapat memetakan bidang cahaya di seluruh jaringan Tamar Estuary,” imbuhnya.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 3 Agustus 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB