Peneliti Indonesia Ungkap Cara Lahir Baru Katak

- Editor

Kamis, 8 Januari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penelitian terhadap spesies baru katak endemik Sulawesi berbuah penemuan cara reproduksinya yang unik, yakni melahirkan berudu. Dua kelompok yang juga berisi peneliti asing membuat riset terkait perilaku itu. Penulis pertama pada dua hasil riset berasal dari Indonesia sehingga keanekaragaman hayati itu tetap jadi kekayaan bangsa Indonesia.


Spesies baru katak itu dinamakan Limnonectes larvaepartus dan hanya bisa ditemukan di Sulawesi bagian barat hingga utara. Penulis pertama kelompok satu adalah Djoko Iskandar, Guru Besar Sistematika, Ekologi, dan Evolusi Vertebrata Kecil di Institut Teknologi Bandung. Djoko juga penemu spesies katak itu. Pada kelompok lain, penulis pertama adalah peneliti dan pengajar Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Mirza D Kusrini.

”Itu hasil kerja luar biasa bagi peneliti herpetologi Indonesia,” kata Amir Hamidy, Kepala Laboratorium Herpetologi Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (7/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pihaknya mengapresiasi peran lembaga internasional dalam riset katak di Indonesia. Sebab, selain memenuhi kebutuhan dana, adanya peneliti asing juga memperluas wawasan peneliti dalam negeri. Namun, peneliti asing harus punya izin dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk mencegah pencurian spesimen ke luar negeri.

Menurut data 2010, Indonesia mengoleksi 350 jenis katak, terbanyak kedua di dunia setelah Tiongkok yang mengumpulkan 410 jenis. Dengan publikasi temuan Djoko dan Mirza, para peneliti muda diharapkan terdorong meneliti dan mengungkap spesies-spesies di Indonesia yang belum diketahui serta membuat riset lanjutan L larvaepartus untuk tahu potensi pemanfaatan bagi manusia.

Katak betina umumnya bereproduksi dengan mengeluarkan telur, lalu katak jantan menyemprotkan sperma pada telur. Ada yang melakukan pembuahan dalam tubuh kurang dari selusin spesies dari 6.455 spesies katak dunia, di antaranya menaruh telur yang dibuahi atau melahirkan katak kecil. Namun, belum pernah ditemukan katak melahirkan berudu, kecuali L larvaepartus.

Djoko bersama Ben Evans dan Jimmy McGuire menjelaskan dasar pemberian nama katak dalam artikel ilmiah berjudul ”A Novel Reproductive Mode in Frogs: A New Species of Fanged Frog with Internal Fertilization and Birth of Tadpoles” yang dipublikasikan Plos One. Limnonectes berarti katak itu termasuk genus katak dengan dua tonjolan mirip taring pada rahang bawah. Larvaepartus (dari kata jamak larva atau bentuk awal hewan dan partus berarti ’melahirkan’) menunjukkan cara reproduksi unik, yakni melahirkan berudu.

Sejak 1991
Djoko menjelaskan, sejak 1991 ia menemukan spesies baru itu dan tahu L larvaepartus bereproduksi dengan melahirkan berudu, tetapi mencari spesimen di Sulawesi dan mencatat genetikanya. Saat itu ia belum tahu daerah persebaran katak itu.

Djoko memublikasikan data genetika katak itu pada 2000, 2003, dan 2011. Ben Evans dari Center for Environmental Genomics, Department of Biology, Universitas McMaster, Kanada, dan Jimmy McGuire dari Museum of Vertebrate Zoology dan Department of Integrative Biology, Universitas California, Berkeley, AS, adalah penyandang dana riset Djoko. (JOG)

Sumber: Kompas, 8 Januari 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 23 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB