Ekspedisi Enggano; Puluhan Spesies Baru Bukan Mustahil

- Editor

Senin, 4 Mei 2015 - 11:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tim Eksplorasi Bioresources 2015 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yakin memenuhi target minimal sepuluh spesies baru dari sampel fauna, flora, dan mikroba yang dikoleksi di Pulau Enggano, Bengkulu. Meskipun jumlah jenis flora, fauna, dan mikroba tidak sebanyak pulau besar, seperti Sumatera, Enggano menjanjikan tingkat endemisitas atau kekhasan spesies yang tinggi.

“Dari pengamatan morfologi, kami menduga telah mengoleksi sejumlah spesies baru. Kami buktikan lewat analisis genetika,” kata Koordinator Utama Eksplorasi Bioresources 2015 Amir Hamidy dari Kota Bengkulu, dihubungi Sabtu (2/5). Eksplorasi tersebut bagian dari Ekspedisi Widya Nusantara 2015 dengan fokus memperbarui data spesies fauna, flora, dan mikroba di Pulau Enggano.

Dari kelompok peneliti zoologi atau ilmu tentang satwa, koleksi yang diduga spesies baru antara lain katak, ular, burung (kemungkinan subspesies baru), kelelawar, dan ikan. Dari kelompok botani atau tumbuhan, peneliti menduga dapat 10 spesies baru. Dikumpulkan juga 50-70 catatan baru, spesies tumbuhan (tak harus spesies baru) yang sama sekali belum ada dalam referensi flora Enggano terdahulu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

90f862921bd4481a9a5924a9eeca4bd4Katak yang tergolong kelompok Hylarana nicobariensis dikoleksi tim Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dari Desa Malakoni, Pulau Enggano, Bengkulu, Rabu (22/4). Peneliti LIPI menduga katak itu spesies baru. Ada puluhan koleksi flora, fauna, dan mikroba yang diduga jenis baru.—–Arsip Lipi

Jumlah dugaan spesies baru diperkirakan bertambah dari kelompok mikrobiologi, yang masih mengidentifikasi jenis mikroba-mikroba dari Enggano di Cibinong Science Center, Bogor.

Pengamatan morfologi untuk identifikasi jenis setidaknya dengan dua acuan: ukuran (jumlah dan panjang bagian tertentu) dan diagnosis karakter (warna dan suara) dari spesies yang dideskripsikan dan dipublikasikan sebelumnya. Jika tidak sesuai dengan ukuran dan karakter dari spesies yang ada, kemungkinan jenis baru.

Amir mencontohkan, tim menemukan satu jenis katak dari kelompok Hylarana nicobariensis. Grup katak ini tersebar luas dari Kepulauan Nikobar di Samudra Hindia hingga Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Namun, ia mendapati karakter suara unik dari katak grup itu di Enggano. “Saya akan mengecek DNA (asam deoksiribonukleat) mitokondria 16S untuk mendapatkan kepastian jenis,” ujarnya.

Contoh dugaan spesies baru lain adalah ular mock viper (mirip ular beracun). Biasanya, ukuran tubuh ular mock viper lebih kecil daripada ular viper, tetapi ukuran mock viper dari Enggano besar, menyerupai viper.

Berdasarkan keunikan-keunikan pada koleksi spesies dari Enggano, menurut Amir, Pulau Enggano merupakan lokasi tepat mempelajari proses evolusi spesies. Apalagi, sejarah geologis Enggano tergolong unik. Pulau seluas lebih dari 39.000 hektar itu diyakini tak pernah menyatu dengan daratan Sumatera sehingga lingkungan yang berbeda di antara keduanya berpotensi membuat flora, fauna, dan mikroba yang berkembang juga berbeda.

Dengan beragam keunikan itu, Amir mendorong pemerintah tetap menegakkan upaya konservasi keanekaragaman hayati di Enggano. Paling tidak, pemerintah melindungi area kawasan konservasi dari pembukaan hutan untuk perkebunan.

Peneliti etnobotani LIPI yang ikut eksplorasi, M Fathi Royyani, mengatakan, masyarakat Enggano berpotensi ikut aktif mengonservasi kawasan hutan tersisa. Warisan budaya nenek moyang pun memperkuat upaya konservasi, misalnya anjuran sejak zaman dulu untuk tidak membuka hutan di pinggir sungai dan di kawasan mata air. (JOG)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Mei 2015, di halaman 13 dengan judul “Puluhan Spesies Baru Bukan Mustahil”.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB