Pembukaan Lahan Gambut Mengasamkan Lautan

- Editor

Senin, 24 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembukaan lahan gambut dan hutan di Indonesia terjadi secara masif. Hal itu menyebabkan peningkatan konsentrasi karbon di lautan, yang mengganggu ekosistem.

Pembukaan hutan dan lahan gambut secara masif di Indonesia tidak hanya melepaskan karbon dioksida ke atmosfer yang menjadi pemicu pemanasan global. Kajian terbaru menemukan, hal itu meningkatkan konsentrasi karbon di lautan sehingga mengganggu ekosistem.

”Pembukaan lahan gambut mengakibatkan karbon yang semula tersimpan di dalamnya terangkut ke sungai lalu ke pesisir. Kondisi itu memicu peningkatan keasaman perairan dan mengancam ekosistem,” kata Kepala Laboratorium Data Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Widodo S Pranowo di Jakarta, Jumat (21/12/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

–Pelepasan karbon dari pembukaan lahan gambut, bisa terjadi saat pembukaan hutan maupun melalui degradasi lahan yang kemudian terlarut ke sungai. Sumber: nature.com, November, 2018

Hasil kajian itu dipublikasikan Widodo dan Andreas Hutahaean dari Kementerian Koordinator Maritim bersama peneliti dari Leibniz Center for Tropical Marine Research Jerman di jurnal internasional Nature edisi November 2018. ”Riset kami pertama kali berhasil menghitung karbon dari pembukaan lahan gambut di Pulau Sumatera yang masuk perairan,” kata Widodo.

Dalam riset itu disebutkan, degradasi lahan gambut di Asia Tenggara menjadi salah satu penyumbang emisi karbon utama di dunia. Jumlah emisi 1.389 juta metrik ton hanya dari oksidasi lahan gambut dan 289 juta metrik ton dari kebakaran hutan.

Di Indonesia, penumbuhan kembali tanaman di hutan sekunder mereduksi emisi karbon sampai 105 juta metrik ton, tetapi studi terbaru menemukan ada kenaikan jumlah emisi karbon hingga 42 persen menjadi 149 juta metrik ton per tahun. Hal itu disebabkan degradasi lahan gambut meningkatkan emisi karbon dari tanah 200 persen, yakni rata-rata 183 ton karbon per meter persegi per tahun.

Selain dari pelepasan saat pembukaan hutan, karbon dari lahan gambut yang terdegradasi terbawa ke sungai 21-25 juta metrik ton per tahun. ”Karbon yang terbawa melalui sungai ini terbawa ke laut,” ujarnya.

Widodo menambahkan, konsentrasi karbon yang meningkat di perairan membuat laut kian asam. ”Lautan yang semakin asam membawa dua dampak besar, yakni kandungan oksigen terlarut berkurang dan hilang. Dampak berikutnya, pertumbuhan cangkang kerang dan kerangka terumbu karang dari kalsium karbonat terhambat atau bahkan terhenti,” katanya.

Ancaman serius
Gangguan pertumbuhan terumbu karang berdampak signifikan pada ekosistem perairan mengingat keberadaannya penting sebagai habitat ikan. ”Ini jadi bencana besar bagi lautan, selain pencemaran plastik,” kata Widodo.

Kajian terpisah oleh peneliti dari University of Rhode Island, Amerika Serikat, menemukan, penurunan oksigen di perairan atau disebut sebagai deoksigenasi memiliki konsekuensi besar pada zooplankton. Padahal, mikroorganisme ini sangat penting dalam jejaring makanan di lautan.

”Penelitian kami menemukan zooplankton sensitif pada perubahan tingkat oksigen dalam skala amat kecil dan menurun populasinya ke tingkat oksigen menurun meski sedikit,” kata Karen Wishner, peneliti oseanografi dari University of Rhode Island, sebagaimana dirilis dalam laman kampus itu, Kamis (20/12). Hasil kajian itu dipublikasikan di jurnal Science Advance, Desember ini.–AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 22 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB