Pembersihan Limbah Radioaktif di Serpong Capai 90 Persen

- Editor

Rabu, 19 Februari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Limbah Sesium-137 di Perumahan Batan Indah, Setu, Tangerang Selatan, Banten, terus dibersihkan sehingga laju paparan radiasinya kini semakin berkurang. Setelah bersih, lahan di situ akan dipulihkan kembali.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Petugas Badan Pengawas Tenaga Nuklir atau Bapeten memasukkan tanah dan benda-benda lain yang terpapar radioaktif Cesium 137 ke dalam drum di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Minggu (16/2/2020). Bagian yang terpapar tersebut selanjutnya akan diteliti dan dikelola melalui pengelolaan limbah milik Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan.

Pembersihan area kosong yang terpapar radiasi tinggi di Perumahan Batan Indah, Setu, Tangerang Selatan, Banten, selama enam hari telah menurunkan laju paparan radiasi Sesium-137. Jika semula radiasi di situ mencapai 200 mikroSievert per jam, kini hanya 7 mikroSievert per jam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Walau demikian, besaran paparan radiasi itu masih di atas normal. Suatu area dinyatakan bersih, jika paparan radiasinya mencapai 0,03 mikroSievert per jam. Untuk itu, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) akan terus membersihkan area yang tercemar.

Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Batan Heru Umbara, di Tangerang Selatan, Selasa (18/2/2020), mengatakan, penurunan paparan radiasi sudah berada di atas 90 persen. Dalam beberapa hari ke depan, lokasi yang terpapar radiasi tinggi diharapkan benar-benar bersih dari radiasi.

“Tingkat paparan radiasi sekarang makin kecil, ” ujarnya. Dengan bantuan alat berat, pengerukan tanah yang terpapar radiasi jadi lebih cepat.
Setelah bersih, langkah berikutnya adalah remediasi atau pemulihan. Bekas kerukan akan diuruk tanah baru. Pohon di sekitar area terkontaminasi, khususnya tanaman berbuah, akan ditebang guna menghindarkan risiko dikonsumi hewan atau manusia.

Selama enam hari pembersihan, tim mengangkut 199 drum tanah dan tumbuhanke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Batan. Setiap hari, 38 petugas dikerahkan untuk membersihkan lokasi.

Heru memperkirakan proses pembersihan area dapat diselesaikan lebih cepat dari rencana 20 hari. Rabu (19/2/2020) ini, tim menargetkan menyelesaikan pengambilan tanah di lokasi yang terpapar radiasi.

Selama ini, pengambilan tanah kerap terkendala hujan. Saat hujan, pembersihan harus dihentikan agar zat radioaktif tidak makin menyebar dengan bantuan aliran air hujan.

Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany menyerahkan proses penanganan lokasi terpapar radioaktif kepada Batan dan Bapeten. Proses pembersihan dan pemulihan diharapkan bisa tuntas secepatnya.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Petugas Badan Pengawas Tenaga Nuklir atau Bapeten mengangkut tong yang berisi tanah dan benda lain yang terpapar radioaktif Cesium 137 ke mobil khusus di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Minggu (16/2/2020). Bagian yang terpapar tersebut selanjutnya akan diteliti dan dikelola melalui pengelolaan limbah milik Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan.

Kesehatan warga
Terkait kondisi sembilan warga Perumahan Batan Indah yang menjalani pemeriksaan paparan radiasi atau whole body counting (WBC) di Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Batan, Kepala Bagian Komunikasi Publik dan Protokol Bapeten Abdul Qohar memperkirakan hasilnya baru bisa diketahui dua hari kemudian. Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan mengatakan, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan WBC membutuhkan waktu.

Proses pemeriksaan itu menyasar warga yang diduga kerap beraktivitas di sekitar lokasi sumber radiasi. Salah satunya, Kusno (64), warga Perumahan Batan Indah. Selain karena sering berkegiatan di sekitar lokasi, jarak rumah Kusno dengan lokasi hanya sekitar 40 meter.

Kesembilan warga yang menjalani WBC telah dipulangkan dan beraktivitas biasa. Kusno mengaku tidak mengalami sakit atau keluhan apa pun pasca ditemukannya material yang mengandung radioaktif tinggi di dekat tempat tinggalnya.

Meski demikian, pantauan Kompas di Perumahan Batan Indah, Selasa (18/2) sore, warga memilih beraktivitas sejauh mungkin dari area tanah kosong yang telah dipasang garis kuning oleh polisi.

Menurut Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro, peristiwa ini menunjukkan proses surveilans dengan menggunakan sensor radioaktif Bapaten berjalan baik, bisa menangkap paparan radiasi tinggi di tempat tak lazim. “Ini bagian dari kesiapsiagaan Indonesia, jika nanti membangun pembangkit listrik tenaga nuklir,” katanya.

Bambang menegaskan, bukan hanya untuk pembangkit listrik, nuklir di Indonesia banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, kedokteran, farmasi hingga industri. Pemanfaatan riset nuklir itu bahkan bisa menggerakkan sejumlah usaha kecil menengah di daerah.

Oleh I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA & M ZAID WAHYUDI

Editor: ILHAM KHOIRI

Sumber: Kompas, 19 Februari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB