Radiasi Nuklir; Bila Perlu, Batan Siap Periksa Kromosom

- Editor

Rabu, 23 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menyatakan siap memeriksa perubahan kromosom sebagai dampak paparan radiasi nuklir tingkat lanjut, bila diperlukan. Laboratorium Batan siap mengujinya.

”Batan siap jika in case ada orang yang merasa terpapar cukup banyak. Kami bisa memeriksa lanjutan, misalnya pemeriksaan air kencing. Logikanya, jika terpapar akan ada radiasi terhirup dan bisa keluar lagi melalui urine,” kata Kepala Batan Hudi Hastowo kepada Kompas di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (Patir) Batan, Pasar Jumat, Jakarta, Senin (21/3). Hudi didampingi oleh Kepala Pusat Patir-Batan Zainal Abidin dan sejumlah deputi.

Meskipun siap, kata Hudi, Batan tak menganjurkan dilakukan pemeriksaan. Selain berat, juga sia-sia jika individu tak terpapar radiasi hingga ratusan milisieverts (mSv). Paparan di atas ambang batas normal hanya terjadi pada pekerja reaktor nuklir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat ini, tingkat paparan radiasi manusia di sejumlah besar titik pengamatan di kota-kota di Jepang sangat kecil, yaitu 0,0011 hingga 0,0176 mSv per jam.

Oleh karena itu, pemerintah sebenarnya tak perlu memeriksa warga negara Indonesia dari Tokyo atau kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi. Yang perlu diperiksa adalah produk pangan dari kawasan reaktor nuklir, seperti sayur-mayur dan buah-buahan.

Kalaupun ada rencana memeriksa tingkat radiasi, seharusnya di Jepang sebelum WNI naik pesawat pulang ke Jakarta.

”Yang bahaya sebetulnya bukan radiasi yang masuk Indonesia, tetapi awan yang diembuskan angin. Jika awannya mengandung zat radioaktif dan menempel di baju, terjadi kontaminasi, bukan radiasi,” kata Hudi.

Bila radiasinya otomatis masuk ke badan, tak masalah. ”Seperti di sinar-X dan tak meninggalkan bekas. Jika radiasi itu terkontaminasi, itu yang repot. Itu yang kami harapkan dilakukan di sana (Jepang). Tujuh jam di pesawat sudah terjadi silang kontaminasi luar biasa,” kata Hudi.

Sementara itu, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) terus mengantisipasi paparan radioaktif dari Jepang. ”Kami tempatkan 15 petugas di Bandara Soekarno-Hatta dan 6 petugas di Bandara Ngurah Rai,” kata Kepala Bapeten As Natio Lasman.

Sejauh ini, hasil pemeriksaan belum ditemukan kontaminasi zat radioaktif pada penumpang dan produk dari Jepang. (HAR/NMP/GUN/NAW)

Sumber: Kompas, 23 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB