Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Jadi Tren

- Editor

Rabu, 30 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Meningkatnya kesadaran hidup sehat mengubah pola konsumsi warga. Jika sebelumnya jadi vegetarian atau konsumsi pangan organik jadi pilihan, kini berkembang gaya hidup untuk mengonsumsi pangan fungsional dan nutrasetikal.

Tren itu membuat makan tak lagi sekadar menghilangkan lapar, tetapi juga punya manfaat seperti obat untuk menjaga kesehatan, mencegah penyakit, atau memperlambat penuaan. Di Jepang, pola konsumsi pangan fungsional dan nutrasetikal berkembang sejak 1980-an seiring lonjakan populasi warga lanjut usia dan keinginan menjadikan mereka tetap sehat di usia tua.

Ketua Perhimpunan Pegiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia C Hanny Wijaya, di Jakarta, Selasa (29/3), mengatakan, pola makan sekaligus untuk menjaga kesehatan itu telah lama berkembang di Indonesia. “Manfaat nutrasetikal di pangan itu tak disadari atau belum terbakukan secara ilmiah,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berbagai kuliner Indonesia termasuk pangan fungsional dan nutrasetikal. Aneka lalap terbukti membuat kulit segar. Tempe mengandung isoflavon yang menekan risiko sakit jantung, menguatkan tulang, dan mencegah kanker. Adapun leunca atau Solanum nigrum yang kaya vitamin A membuat mata bagus. Kebiasaan mengunyah bawang merah setelah makan sate kambing menurunkan kolesterol karena kandungan sulfur pada bawang.

Pola hidup warga modern yang ingin praktis membuat bahan pangan yang bisa memberi manfaat obat atau nutrasetikal itu dikembangkan dalam suplemen pangan. Besarnya pasar membuat banyak industri pangan dan farmasi mulai memproduksi pangan fungsional dan nutrasetikal.

“Tren itu akan berkembang seiring membaiknya ekonomi warga,” ucap Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S Lukman. Kini, sekitar 10 persen dari jumlah total perusahaan pangan yang menekuni sektor itu dengan suplemen pangan terbanyak diminati antara lain serat, probiotik-prebiotik, antioksidan, dan vitamin B kompleks.

Belum jelas
Sebagai tren baru, belum ada aturan tegas di dunia yang mengatur pangan fungsional dan nutrisetikal yang membedakannya dengan zat obat. Padahal, zat obat mempunyai dosis dan efek tertentu jika dikonsumsi berlebih.

Sekretaris Eksekutif Pusat Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pertanian dan Pangan Asia Tenggara (SEAFAST Center) Puspo Edi Giriwono mengatakan, ketidakjelasan itu membuat batasan pangan dan obat jadi relatif. “Keamanan pangan fungsional dan nutrisetikal perlu kajian lebih dalam,” katanya.

P_20151208_083801Contoh yang mudah ditemui di masyarakat ialah minuman botol mengandung 1.000 miligram (mg) vitamin C dan dikelompokkan sebagai pangan. Adapun tablet vitamin C 500 mg termasuk obat karena berbentuk tablet. Padahal, kebutuhan vitamin C hanya 90 mg per hari. Kelebihan vitamin C dikeluarkan tubuh bersama cairan.

Tak semua kelebihan zat nutrisetikal aman bagi tubuh. Sejumlah zat nutrisetikal berlebih di tubuh, khususnya yang bersenyawa kompleks, membebani kerja tubuh. Kelebihan vitamin A membebani kerja hati, sementara kelebihan vitamin K memicu penggumpalan darah. “Kebutuhan zat nutrisetikal terpenuhi dengan asupan bergizi seimbang setiap hari,” ujarnya. (MZW)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Jadi Tren”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB