Pallas, Asteroid yang Penuh Kawah Raksasa

- Editor

Senin, 24 Februari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pallas merupakan asteroid terbesar ketiga di wilayah Sabuk Asteroid. Citra Pallas terbarukan menu human asteroid itu penuh dengan kawah berukuran besar.

Pallas merupakan asteroid terbesar ketiga di wilayah Sabuk Asteroid, setelah asteroid Ceres dan Vesta. Ukurannya yang cukup besar membuat asteroid ini sempat disangka planet saat ditemukan pada tahun 1802. Namun citra terbaru menunjukkan permukaan asteroid ini penuh dengan kawah raksasa yang menunjukkan sejarah masa lalunya yang penuh kekerasan.

KOMPAS/ESO/VERNAZZA ET AL.–Citra asteroid Pallas yang diambil oleh Teleskop Very Large milik Observatorium Selatan Eropa (ESO) di Cile.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Diameter Pallas sebesar 512 kilometer dan massanya mencapai 7 persen dari total massa semua benda di Sabuk Asteroid, wilayah yang terletak antara orbit Mars dan Jupiter. Pallas ditemukan oleh astronom Jerman Heinrich Wilhelm Matthäus Olbers dan menjadi asteroid kedua yang ditemukan manusia, setelah Ceres.

Asteroid adalah benda kecil berbatu yang mengorbit Matahari. Meski sama-sama mengelilingi Matahari seperti planet, namun ukuran asteroid jauh lebih kecil dari planet. Kecilnya ukuran membuat massa seluruh asteroid di Sabuk Asteroid hanya sebesar massa Bulan, satelit Bumi.

Nama resmi Pallas adalah 2 Pallas. Angka 2 di bagian depan menunjukkan urutan penemuannya. Nama Pallas berasal dari Pallas Athena yang merupakan nama lain untuk nama Dewi Athena. Dalam sejumlah mitos, Dewi Athena membunuh Pallas. Namun untuk menunjukkan dukanya, Athena menggunakan nama rekannya itu sebagai nama depannya.

Lintasan aneh
Selain ukurannya yang relatif lebih besar dibanding asteroid lain, Pallas juga memiliki lintasan yang aneh. Kemiringan orbitnya terhadap orbit planet-planet di Tata Surya sangat tinggi. Akibatnya, selama perjalanannya memutari Matahari, Pallas terlihat seperti keluar masuk, naik turun, atau berpindah bolak balik dari utara ke selatan terhadap orbit Bumi megelilingi Matahari.

KOMPAS/UCLA/B.E. SCHMIDT AND S.C. RADCLIFFE–Ilustrasi artistik yang menunjukkan proses tumbukan di permukaan asteroid Pallas. Besarnya ukuran dan kecepatan obyek penumbuk yang sangat tinggi serta tingginya kemiringan orbit Pallas mengelilingi Matahari membuat permukaan Pallas penuh dengan kawah raksasa.

Citra Pallas terbaru yang diambil menggunakan instrumen Spectro-Polarimetric High-contrast Exoplanet Research (SPHERE) yang ada di Teleskop Very Large (VLT) milik Observatorium Selatan Eropa (ESO) di Chile menunjukkan permukaan Pallas penuh dengan kawah berukuran besar. Setidaknya, teridentifikasi ada 36 kawah yang berdiameter lebih besar dari 30 kilometer. Rata-rata diameter kawah itu antara 30-120 kilometer.

“Pallas adalah obyek di wilayah Sabuk Asteroid yang paling banyak memiliki kawah. Obyek ini seolah menjadi penemuan dunia baru,” kata astronom dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Massachusetts, Amerika SerikatMichael Marsset seperti dikutip Livescience, Selasa (11/2/2020). Temuan atas kondisi terbaru Pallas itu dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy pada 10 Februari 2020.

“Permukaan Pallas menyerupai permukaan bola golf,” tambah Miroslav Broz, peneliti lain yang berasal dari Universitas Charles, Republik Ceko kepada space.com.

Asteroid itu juga memiliki dua kawah raksasa, yaitu satu di dekat kutub selatannya dan satu lagi yang memiliki lebar sekitar 400 kilometer berada di dekat khatulistiwanya. Kawah sebesar itu diperkirakan berasal dari tumbuhan dengan benda lain yang memiliki diameter antara 60-90 kilometer.

Tabrakan yang menciptakan kawah raksasa di dekat khatulistiwa Pallas itu diperkirakan juga menghasilkan beberapa ratus asteroid baru yang lebih kecil dengan diamater kurang dari 20 kilometer. “Simulasi numerik menunjukkan usia asteroid baru hasil tumbukan di khatulistiwa Pallas itu sekitar 1,7 miliar tahun dan itu harus sesuai dengan usia permukaan Pallas,” kata Broz.

Banyaknya kawah di permukaan Pallas adalah konsekuensi dari perjalanan asteroid ini mengelilingi Matahari yang istimewa. Di wilayah Sabuk Asteroid, semua asteroid bergerak sangat cepat dan mereka cenderung memiliki orbit yang mirip. Akibatnya, peluang mereka untuk saling bertabrakan dan saling bertumbukan menjadi sangat besar.

Tumbukan itulah yang menghasilkan bencana besar di asteroid tersebut. Akibatnya, terciptalah kawah-kawah raksasa di permukaan asteroid. Selama tumbukan itu, sebagian besar asteroid tetap berjalan di orbitnya masing-masing meski mereka terus-terusan membentur obyek lain di dekatnya.

Proses tabrakan antarasteroid itu mirip dengan tabrakan bombom car. Setiap mobil bergerak dengan kecepatan yang mirip dan mereka menempuh lintasan yang hampir sama. Benturan di semua arah sulit untuk dihindarkan. Namun, jika masing-masing mobil tetap setia pada jalurnya, mereka akan meneruskan perjalanannya walau kemungkinan besar bentuk mobil mereka tak lagi utuh seperti semula.

Selain ukuran benda-benda penumbuk Pallas yang cukup besar, benda-benda itu juga bergerak dengan kecepatan gerak sangat tinggi, yaitu 41.400 kilometer per jam. Nilai itu jauh lebih tinggi dibanding kecepatan rata-rata asteroid lainnya di Sabuk Asteroid sebesar 20.880 kilometer per jam. Kecepatan yang sangat tinggi membuat peluang terciptanya kawah menjadi sangat besar dibanding jika benda penumbuknya berkecepatan rendah.

Kemiringan orbit Pallas yang sangat tinggi dibanding orbit asteroid lainnya juga membuat peluang Pallas mengalami benturan dengan asteroid lain sangat besar. Saat Pallas bergerak, ia bagaikan kereta api barang yang melaju secara diagonal melintasi jalan raya yang banyak dilintasi mobil. Akibatnya, potensi Pallas mengalami tabrakan dengan asteroid lain mencapai 2-3 kali lebih banyak dibanding Ceres atau Vesta.

“Permukaan Pallas yang aneh, sangat berbeda dengan dua asteroid terbesar lainnya, Ceres dan Vesta, adalah konsekuensi dari orbit Pallas yang sangat miring,” tambah Marsset.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 22 Februari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB