Lingkungan luar angkasa Bumi bukanlah ruang kosong. Jutaan batuan asteroid berbagai ukuran di dekat Bumi bergerak mengelilingi Matahari. Dalam perjalanannya, asteroid kerap kali berpapasan atau terpisah pada jarak amat dekat dengan Bumi sehingga memicu ancaman petaka.
”Ancaman itu bisa dari asteroid mana saja. Namun, yang bisa membahayakan Bumi ada di dekat Bumi,” kata anggota Kelompok Keilmuan Astronomi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung yang fokus meneliti benda kecil dalam Tata Surya, termasuk asteroid, Budi Dermawan, Kamis (5/7/2018).
Ancaman itu bisa dari asteroid mana saja. Namun, yang bisa membahayakan Bumi ada di dekat Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kini, lebih dari 90 persen asteroid berukuran besar, diameter lebih dari 1 kilometer, diketahui karakter orbitnya. Dari perhitungan, potensi mereka menabrak Bumi belum ditemukan. Pemantauan terus dilakukan mengingat asteroid mudah mengalami gangguan orbit sehingga lintasannya berubah.
Namun, pemantauan asteroid ukuran lebih kecil dengan rentang diameter dari beberapa meter sampai puluhan meter lebih sulit dilakukan. Karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 30 Juni sebagai Hari Asteroid untuk membangun kesadaran global ada potensi bahaya asteroid.
Masuk Bumi
Sepanjang sejarah, Bumi dibombardir asteroid berulang kali. Hantaman asteroid terpopuler ialah yang memusnahkan dinosaurus 65 juta tahun lalu. Kasus terbesar dalam sejarah modern ialah asteroid selebar 40 meter menghantam Tunguska, Siberia, Rusia, 30 Juni 1908 dan meratakan lebih dari 2.000 km persegi hutan.
Kasus terakhir adalah asteroid selebar 20 meter menghantam Chelyabinsk, Rusia, 14 Februari 2013. Asteroid yang meledak di ketinggian 30 km dari Bumi itu merusak lebih dari 4.000 bangunan dan melukai hampir 1.500 orang.
Menurut Budi, asteroid memiliki lintasan orbit tersendiri mengelilingi Matahari. Lintasan itu belum tentu beririsan dengan lintasan Bumi sehingga bisa menabrak Bumi. Namun, pengaruh gravitasi Matahari, gravitasi planet-planet raksasa seperti Jupiter, ataupun pemanasan sinar Matahari saat asteroid mendekati Matahari bisa mengubah lintasan asteroid.
Saat asteroid terjebak di lingkungan gravitasi Bumi dan Bulan, kewaspadaan perlu ditingkatkan karena asteroid itu bisa menabrak Bumi. ”Meski saat ini Bumi aman, potensi tabrakan bisa terjadi puluhan hingga ratusan tahun ke depan,” ungkapnya.
Meski saat ini Bumi aman, potensi tabrakan bisa terjadi puluhan hingga ratusan tahun ke depan.
Tak semua asteroid yang masuk ke Bumi akan membahayakan Bumi. Atmosfer Bumi bisa membakar dan meledakkan asteroid itu sehingga Bumi aman dari hantaman asteroid. Namun, habis terbakar atau tidaknya asteroid di atmosfer Bumi tergantung materi penyusun dan ukuran asteroid.
Asteroid yang bahan penyusunnya berupa materi rapuh, misalnya karbon, lebih mudah hancur terbakar di udara akibat tekanan atmosfer Bumi. Sementara asteroid yang tersusun dari logam lebih kukuh sehingga tak mudah hancur dan tidak terbakar habis di atmosfer.
Sementara asteroid dengan lebar 20-50 meter berpeluang tak habis terbakar di atmosfer dan menghantam Bumi. Asteroid yang kemungkinan habis terbakar di atmosfer biasanya berdiameter kurang dari 10 meter. Sebagai perbandingan, batuan yang memicu hujan meteor umumnya berukuran 10-100 sentimeter.
Menghalau tabrakan
Pemantauan asteroid yang bisa menabrak Bumi dilakukan astronom profesional dan amatir dari seluruh dunia. Guna mendukung pemantauan itu, ratusan ilmuwan beberapa negara membangun Teleskop Survei Sinopsis Besar (LSST) di Cile untuk memantau asteroid yang membahayakan Bumi.
”LSST diharapkan mendeteksi 65 persen asteroid yang bisa membahayakan Bumi,” kata peneliti dari Departemen Fisika dan Astronomi Universitas Vanderbilt, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat, Michael B Lund seperti dikutip dari space.com, Sabtu (30/6/2018).
Selain itu para ilmuwan menyiapkan rencana untuk menghindarkan Bumi dari tabrakan dengan asteroid. Untuk asteroid yang potensi tabrakannya lebih dari 10 tahun, salah satu metode termaju ialah, memakai asteroid itu dengan menambang material di dalamnya. Kandungan material di asteroid lebih murni dari material serupa di Bumi.
Sejumlah lembaga menyiapkan wahana untuk menambang demi mengurangi massa asteroid. Jika massa berubah, gravitasi benda itu terpengaruh sehingga lintasannya berubah. Jadi risiko menabrak Bumi berkurang.
Cara lain meski berupa ide awal adalah menempatkan obyek lain dekat asteroid beberapa tahun. Gangguan massa mengubah lintasan asteroid. “Metode lain dengan mengirim wahana untuk menyenggol orbit asteroid itu hingga lintasannya berubah,” kata Michael.
Ide lain adalah menempatkan cermin raksasa memantulkan cahaya Matahari ke permukaan asteroid. Pemanasan memengaruhi lintasan asteroid hingga orbit melenceng dan tak menabrak Bumi.
Jika asteroid baru terdeteksi beberapa hari sebelum menghantam Bumi, tak banyak cara bisa dilakukan. Selama ini, lanjut Budi, saat asteroid akan menghantam Bumi, ada peringatan ke para astronom agar mewaspadainya. Mereka diminta menghitung ulang lintasan dan menentukan lokasi kemungkinan jatuhnya asteroid.
Persoalannya, tak jelas siapa berhak mengumumkan ke publik jika ada asteroid berpotensi menghantam Bumi dan jatuh di wilayah yang berpenghuni.–M ZAID WAHYUDI
Sumber: Kompas, 6 Juli 2018