Pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai di berbagai sektor dinilai bisa meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Namun, kurangnya komunikasi kepada masyarakat tentang pentingnya nuklir dalam kehidupan sehari-hari mengakibatkan penolakan sebagian warga terhadap penggunaan nuklir tinggi meski teknologinya diklaim aman.
Deputi Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Aldo Malavasi menyampaikan hal itu saat ditemui di Kantor IAEA, Vienna International Center, Vienna, Austria, Jumat (14/9/2018). Menurut Malavasi, tenaga nuklir dikembangkan di berbagai sektor, antara lain, pertanian, kesehatan, dan keamanan pangan. Di sektor kesehatan, kata dia, radiasi digunakan sebagai bagian dari terapi kanker.
KOMPAS/EVY RACHMAWATI–Deputi Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional Aldo Malavasi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tantangan terbesar pemanfaatan nuklir adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa tenaga nuklir bisa digunakan untuk medis dan kesejahteraan masyarakat. Dengan standar keamanan tinggi dan kemajuan teknologi, nuklir aman digunakan. Sekarang bagaimana caranya meningkatkan komunikasi kepada masyarakat tentang aplikasi nuklir untuk tujuan damai,” ujarnya.
Indonesia menjadi salah satu pemimpin di bidang aplikasi energi nuklir di Asia dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN sebagai lembaga riset bidang nuklir. Salah satunya adalah, pembangunan reaktor daya eksperimental.
KOMPAS/EVY RACHMAWATI–Seorang peneliti tengah memeriksa sampel cairan dengan menggunakan teknik nuklir untuk memastikan keamanan produk itu, Jumat (14/9/2018), di Laboratorium Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Seibersdorf, Austria.
“Indonesia merupakan mitra sangat penting untuk pengembangan aplikasi nuklir di bidang pertanian, kesehatan manusia, lingkungan, dan industri di dunia. Banyak peneliti dari berbagai negara datang ke Indonesia untuk memelajari teknik nuklir, karena Indonesia memiliki banyak peneliti bidang nuklir bereputasi bagus,” kata Aldo.
Diplomasi multilateral
Sejauh ini, Indonesia memainkan peran strategis dalam diplomasi internasional terkait pengembangan nuklir di dunia. “Sebagai pimpinan Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional, Indonesia mendorong pengembangan energi nuklir yang memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat,” kata Ketua Dewan Gubernur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Darmansjah Djumala di sela-sela memimpin Sidang Tertutup Dewan Gubernur IAEA, di Vienna International Center, Vienna, Austria, Kamis (14/9/2018) waktu setempat.
KOMPAS/EVY RACHMAWATI–Ketua Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Darmansjah Djumala memimpin Sidang Dewan Gubernur IAEA, di Vienna International Center, Vienna, Austria, Kamis (13/9/2018). Indonesia menjabat sebagai Ketua Sidang Dewan Gubernur IAEA periode September 2017 hingga September 2018.
Indonesia terpilih secara aklamasi mewakili Asia Tenggara dan Pasifik sebagai Ketua Dewan Gubernur IAEA selama satu tahun, yakni September 2017-September 2018. Djumala menegaskan, ada anggapan di masyarakat bahwa dilomasi multilateral seperti di forum PBB dan IAEA bersifat elitis tanpa memberi hasil nyata. Sebab, diplomasi multilateral diidentikkan pembahasan pembuatan peraturan dan penyusunan norma bagi negara-negara anggota PBB.
“ Kinerja diplomasi Indonesia di IAEA diarahkan untuk memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat melalui diplomasi nuklir yang membumi,” kata Djumala yang Duta Besar RI untuk Austria dan Slovania serta wakil tetap PBB untuk Indonesia. Hal itu sesuai dengan kebijakan politik luar negeri di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang diarahkan untuk memberi manfaat nyata bagi Indonesia yang tercermin dalam Nawa Cita.
Selama kepemimpinan Indonesia di Dewan Gubernur IAEA, lanjut Djumala, ada sejumlah hasil diplomasi dengan IAEA dalam pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai. Di sektor peternakan, misalnya, pemanfaatan teknik nuklir untuk meningkatkan populasi ternak di lokasi Sekolah Peternakan Rakyat yang dikelola oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dan untuk meningkatkan kualitas nutrisi pakan serta analisis genetika dan identifikasi defek pada pertumbuhan.
Di sektor perikanan, kerja sama IAEA dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dilakukan untuk pengembangan fasilitas iradiasi hasil tangkap di titik terdepan wilayah Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk perikanan. Beberapa lokasi percontohan pengembangan fasilitas tersebut yakni di daerah Natuna dan Miangas. Harapannya, pemanfaatan fasilitas iradiasi agari hasil tangkapan ikan bisa lebih tahan lama itu dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan.
Koordinator Laboratorium IAEA Andy Garner, menjelaskan, IAEA mengembangkan berbagai riset terkait aplikasi nuklir melalui kolaborasi dengan para peneliti dari negara-negara anggota IAEA, termasuk Indonesia.
KOMPAS/EVY RACHMAWATI–Koordinator Laboratorium Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Seibersdorf Andy Garner
Beberapa riset yang dikembangkan di laboratorium IAEA saat ini antara lain, pemuliaan varietas tanaman yang bisa tumbuh di daerah yang mengalami kekeringan dan tahan terhadap perubahan iklim, serta teknik nuklir untuk membuat nyamuk mandul, khususnya nyamuk Aedes aegypti yang jadi vektor demam berdarah dengue dan Anopheles yang menyebarkan malaria.–EVY RACHMAWATI DARI VIENNA, AUSTRIA
Sumber: Kompas, 15 September 2018