Dorong Kolaborasi Pemuliaan Tanaman

- Editor

Sabtu, 7 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia menjadi pusat kolaborasi pemuliaan mutasi tanaman di Asia Pasifik dan negara-negara bagian selatan. Penetapan itu dilakukan Badan Tenaga Atom Internasional, 22 September lalu, di Austria setelah melihat Indonesia, melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional, menerapkan teknologi nuklir dalam meningkatkan produktivitas dan mutu pangan.

Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Totti Tjiptosumirat menyatakan, Indonesia dianggap kompeten dalam teknologi nuklir bidang mutasi tanaman pangan menghadapi perubahan iklim. Karena itu, Indonesia akan menjadi pusat kegiatan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dalam mengembangkan sumber daya manusia berbasis iptek nuklir berupa pelatihan dan kunjungan.

“Sesuai tren ke depan dan agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dalam mengatasi pertambahan jumlah penduduk dan berkurangnya lahan, salah satu cara meningkatkan produktivitas tanaman ialah pemuliaan tanaman dengan radiasi,” kata Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto di Jakarta, Jumat (6/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lebih unggul
Melalui pemuliaan mutasi tanaman, akan diperoleh varietas produksi lebih unggul dibandingkan tanaman induknya. Batan telah mengembangkan 22 varietas padi, 10 varietas kedelai, 3 varietas sorgum, 2 varietas kacang hijau, 1 varietas kacang tanah, 1 varietas gandum tropis, dan 1 varietas kapas. Semua varietas yang dimuliakan jadi lebih pendek ukurannya sehingga hasil produksi lebih banyak, lebih kuat, tahan cuaca ekstrem, tahan hama, dan rasanya lebih enak.

Peneliti Pemuliaan Tanaman PAIR Batan Soeranto Human menambahkan, sebagai pusat kolaborasi, Indonesia akan berbagi pengalaman dan pengetahuan mutasi pemuliaan tanaman pada negara lain yang membutuhkan.

“IAEA mencari aplikasi nuklir yang berdampak baik pada manusia. Kami mengarahkan riset yang bisa diaplikasikan, bukan semata untuk publikasi. Kami akan mendesain tanaman melalui mutasi yang bisa beradaptasi pada kekeringan ataupun tahan banjir,” kata Soeranto.

Ia mencontohkan, tanaman gandum sebagai bahan pokok mi. Selama ini, gandum di Indonesia diimpor karena hanya tumbuh di dataran tinggi. “Gandum nanti bisa tumbuh di Indonesia meski kini masih riset. Ini agar kami tak lagi impor gandum,” ujarnya.

Peneliti asal Mozambik, Nelson Moiana, dari Sussundenga Research Station mengungkapkan, ia bersama rekannya, Deniasse Bernardo Amoda, akan belajar tentang pemuliaan tanaman pangan milet dan sorgum selama tiga bulan di Indonesia. “Kami ingin menambah produksi pangan dari milet dan sorgum,” ujar Deniasse. (DD13)

Sumber: Kompas, 7 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB