Pembangunan instalasi nuklir terus dilakukan di berbagai negara. Untuk itu, Badan Energi Atom Internasional memberlakukan pendekatan pada tingkat negara atau state level approach terhadap keberadaan instalasi nuklir suatu negara untuk memastikan keamanan penggunaan nuklir.
Ketua Dewan Gubernur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Darmansjah Djumala, di sela-sela pembukaan Sidang Umum IAEA ke-62, Senin (17/9/2018), di Vienna International Center, Vienna, Austria, menyatakan, inspeksi atau pemeriksaan ketat dilakukan IAEA untuk menjamin keamanan penggunaan nuklir untuk tujuan damai di berbagai sektor sesuai standar internasional. Itu sekaligus bertujuan menjamin pemanfaatan nuklir tidak disalahgunakan sebagai senjata atau terorisme.
KOMPAS/EVY RACHMAWATI–Sidang Umum Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dibuka, pada Senin (17/9/2018), di Vienna International Center, Vienna, Austria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sidang tahunan yang dihadiri delegasi dari 170 negara anggota IAEA tersebut membahas tentang berbagai isu terkait pemanfaatan nuklir dan menghasilkan resolusi terkait pemanfaatan nuklir yang telah dibahas dalam Dewan Gubernur IAEA pekan lalu, antara lain pemeriksaan ketat instalasi nuklir dan implementasi nuklir untuk tujuan damai di berbagai sektor. Kemarin sore, Pameran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi juga digelar di tempat yang sama sebagai bagian acara Sidang Umum IAEA.
Ketua Sidang Umum IAEA ke-61 Maria Cleofe Natividad, dalam sambutannya, menyatakan, berbagai isu dibahas dalam Sidang Umum IAEA, termasuk aplikasi nuklir di sektor kesehatan, pertanian, peternakan, dan perikanan. Seiring meningkatnya permintaan energi, pembangunan infrastruktur nuklir di sejumlah negara meningkat. Untuk itu, IAEA harus memastikan keamanan penggunaan nuklir untuk mencegah dampak buruk bagi manusia.
Selain itu, mekanisme pendekatan tingkat negara atau State Level Approach (SLA) menjadi topik utama dalam sidang itu. Menurut Djumala, SLA adalah pendekatan yang dilakukan IAEA dalam menjalankan safeguard atau pengawasan terkait keselamatan instalasi nuklir atas suatu negara dengan penekanan pada negara secara keseluruhan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi inspeksi di tengah meningkatnya jumlah fasilitas nuklir yang harus diverifiksi IAEA sementara anggaran yang tersedia stagnan.
Dengan SLA, pemeriksaan ketat yang dilakukan IAEA tidak hanya menyasar fasilitas nuklir suatu negara, tetapi juga mempertimbangkan aspek menyeluruh dari negara terkait dengan pendekatan pada analisis langkah yang mungkin dilakukan negara itu untuk memiliki senjata nuklir dengan kemampuan dan fasilitas yang ada. Sebelumnya, dalam pemantauan program nuklir, inspeksi dilakukan secara prosedura berpatokan pada manual yang ada.
KOMPAS/EVY RACHMAWATI–Darmansjah Djumala
“Elemen yang menonjol dalam SLA adalah, digunakannya sumber informasi terbuka (open source) atau data intelijen dan informasi pihak ketiga. Ini berbeda dengan pengawasan sebelumnya yang hanya mengandalkan informasi yang diberikan negara dan informasi yang didapat lewat inspeksi langsung oleh IAEA ke negara itu,” kata Djumala. Jadi IAEA bisa memeriksa secara lebih rinci terkait keberadaan instalasi nuklir di berbagai negara secara efektif.
Konsultasi
“Indonesia terbuka diperiksa IAEA terkait pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai melalui konsultasi,” kata Djumala. Indonesia turut menandatangani perjanjian pengawasan keamanan komprehensif (comprehensive saveguard agreement) dan protokol tambahan (additional protocol) sehingga terbuka untuk diperiksa IAEA terkait instalasi nuklir.
Selama ini Indonesia aktif mengembangkan teknik nuklir untuk memberi manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat antara lain untuk mendukung pembiakan hewan ternak dan agar hasil perikanan lebih awet. ” Kami menjalankan diplomasi membumi bidang nuklir dengan mengupayakan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat,” ujarnya.
KOMPAS/EVY RACHMAWATI–Delegasi Indonesia sedang menghadiri Sidang Umum Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke-62, di Vienna, Austria, Senin (17/9/2018).
Delegasi dari negara-negara anggota IAEA menyampaikan pandangan soal nuklir. Delegasi China menegaskan, China fokus pada pengembangan nuklir bagi industri secara aman. Harapannya, IAEA mempromosikan standar operasional teknik dan aplikasi nuklir untuk tujuan damai. Badan internasional itu juga diminta memperbaiki inspeksi instalasi nuklir dengan memerkuat standar penggunaan nuklir yang aman dengan konsultasi pada negara terkait dan melaporkan hasil inspeksi secara berkala.
Delegasi Iran menegaskan, sejauh ini Pemerintah Iran mematuhi kesepakatan nuklir Iran dan memprioritaskan aspek keselamatan dalam penggunaan nuklir. Selama ini Iran mengembangkan nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik dan secara serius mengembangkan teknologi pangan dengan teknik nuklir. Negara tersebut juga menyatakan tidak keberatan terhadap pemberlakuan SLA karena selama ini fokus pada pengembangan nuklir untuk tujuan damai, bukan dijadikan senjata.–EVY RACHMAWATI DARI VIENNA, AUSTRIA
Sumber: Kompas, 18 September 2018