Badan Tenaga Nuklir Nasional, atau Batan, menjadi pusat kolaborasi (collaborating center) di kawasan Asia Pasifik dan negara-negara bagian selatan seperti Afrika. Penetapan ini dilakukan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Batan Totti Tjiptosumirat, pada konferensi pers di Jakarta, Jumat (6/10), menyatakan, Batan menjadi pusat kolaborasi dari sejumlah negara karena Indonesia dianggap ahli dalam teknologi nuklir di bidang mutasi tanaman pangan.
ELSA EMIRIA LEBA–Konferensi pers mengenai penunjukan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) sebagai pusat kolaborasi kawasan Asia Pasifik dan negara-negara bagian selatan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Tampak dari kiri, peneliti asal Mozambik Nelson Moiana, peneliti pemuliaan tanaman Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Batan Soeranto, Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala PAIR Batan Totti Tjiptosumirat, serta peneliti asal Mozambik Deniasse Bernardo Amoda, di Jakarta, (6/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Sesuai dengan tren ke depan, dalam mengatasi pertambahan jumlah penduduk dan berkurangnya lahan, salah satunya cara meningkatkan produktivitas tanaman adalah melalui pemulihan tanaman menggunakan radiasi,” ujar Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto.
Beberapa tahun terakhir, Batan telah mengembangkan 22 varietas padi, 10 varietas kedelai, 3 varietas sorgum, 2 varietas kacang hijau, 1 varietas kacang tanah, 1 varietas gandum tropis, dan 1 varietas kapas. Semua varietas dimutasi menjadi lebih pendek ukurannya, lebih banyak produksinya, lebih kuat, dan lebih enak dari segi rasa. (DD13)
6 Oktober 2017