New Colombo Plan;550 Mahasiswa Australia Kuliah di Indonesia

- Editor

Sabtu, 18 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Atas beasiswa New Colombo Plan, sebanyak 550 mahasiswa Australia tahun 2014 ini kuliah di Indonesia, sebagian besar di Yogyakarta. Kuliah itu dimaksudkan agar warga Australia lebih mengenal negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Peluncuran program beasiswa tersebut dilaksanakan pada Jumat (17/10) oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty bersama Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Pratikno.

Dalam sambutannya, Moriarty menyatakan, Pemerintah Australia perlu mengenal lebih dekat negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Ia percaya, dengan mendatangi langsung dan bertemu dengan banyak orang, akan menjadi hal mendasar dalam membangun kerja sama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”New Colombo Plan memungkinkan perubahan yang signifikan dalam pemikiran warga Australia dan mereka dapat belajar dari Indonesia dan sebaliknya. Sebanyak 550 mahasiswa Australia akan ke Indonesia dan sebagian besar akan kuliah di UGM,” tuturnya.

New Colombo Plan bertujuan membantu meningkatkan pengetahuan mahasiswa Australia mengenai kawasan Asia Pasifik dengan menyediakan dana sebesar 100 juta dollar Australia selama lima tahun dalam betuk beasiswa. Dengan New Colombo Plan, para penerima bisa menggunakan untuk program semester, program kursus singkat, program magang dan permentoran (mentorships) di empat negara, yakni Indonesia, Singapura, Jepang, dan Hongkong.

Program beasiswa Pemerintah Australia ini merupakan kebalikan dari beasiswa Colombo Plan sebelumnya yang bertujuan memberi kesempatan kepada generasi dari negara berkembang untuk belajar di Australia.

ac-colombo-main-20130830092417134367-620x349Pratikno merasa senang karena semakin banyak mahasiswa Australia datang dan kuliah di Indonesia. Kedatangan mereka diharapkan menjadi kolaborasi yang terus berkelanjutan.

”Kita percaya, dengan persahabatan people to people (antarwarga) dalam diplomasi, akan memberi manfaat untuk kedua belah pihak,” kata Pratikno. (TOP)

Sumber: Kompas, 18 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 122 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB