Pandemi Covid-19 yang memukul industri penerbangan antariksa belum membatalkan rencana misi mendaratkan kembali manusia ke Bulan. NASA telah menunjuk tiga perusahaan untuk menjalankan program tersebut.
KOMPAS/SPACEX/TWITTER—Wahana peluncur ke Bulan buatan SpaceX, Starship, bisa melakukan perjalanan ulang-alik Bumi-Bulan selama beberapa kali tanpa terhalang oleh perisai panas Bumi saat wahana tersebut kembali ke Bumi.
Misi mendaratkan kembali manusia di Bulan pada 2024 semakin nyata. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjuk tiga perusahaan untuk menjalankan program tersebut. Pandemi Covid-19 yang juga memukul industri penerbangan antariksa sepertinya belum memengaruhi rencana tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tiga perusahaan yang ditunjuk NASA pada Kamis (30/4/2020) itu bertugas merancang dan membangun sistem pendaratan manusia ke permukaan Bulan yang baru secara berkelanjutan dan dalam jangka panjang pada program Artemis. Tiga perusahaan itu adalah SpaceX, Dynetics, dan Blue Origin sebagai pemimpin tim.
Misi pendaratan kembali manusia ke Bulan oleh NASA itu dilakukan berdasarkan kebijakan antariksa Presiden Donald Trumph pada 2017. Selain Bulan, misi tersebut tidak menutup peluang untuk mendaratkan manusia di tempat lain di tata surya.
”Ini merupakan langkah maju Amerika Serikat dalam mendaratkan antariksawan di Bulan pada tahun 2024, termasuk salah satunya seorang perempuan yang akan menjadi perempuan pertama yang menginjakkan kaki di Bulan,” kata pemimpin NASA Jim Bridenstine, seperti dikutip Space.
KOMPAS/SPACEX/TWITTER–SpaceX terpilih sebagai salah satu mitra NASA untuk menjalankan misi Artemis untuk mendaratkan manusia di Bulan pada tahun 2024. SpaceX mengajukan proposal untuk mengoptimalkan wahana Starship sebagai wahana pengirim antariksawan dari orbit rendah Bulan ke permukaan Bulan.
Perempuan pertama
Pendaratan manusia ini akan menjadi yang pertama kali sejak 1972 melalui misi Apollo. Tercatat sudah 12 orang yang mendarat di Bulan dalam enam kali misi dan semuanya lelaki. Dalam misi Artemis nanti, NASA sudah mengumumkan akan mengirimkan seorang antariksawan dan satu antarilksawati.
Dalam misi ini pula, kata Bridenstine, NASA memiliki dana langsung untuk mendaratkan manusia di Bulan. Dengan dana itu, NASA bisa mengontrak tiga perusahaan tersebut melalui program Next Space Technologies for Exploration (NextSTEP-2) senilai 967 juta dollar Amerika Serikat atau Rp 14,5 triliun (kurs 1 dollar AS setara Rp 15.000) selama 10 bulan kerja.
Dalam tim tersebut, SpaceX bertanggung jawab menyediakan kendaraan yang akan digunakan antariksawan dari Bumi menuju Bulan dan Mars. Kendaraan yang diajukan adalah Starship yang diletakkan di atas roket peluncur superbesar bernama Super Heavy. Starship akan menjadi wahana peluncur utama.
Gabungan kedua wahana itu kerap disebut sebagai Starship saja. Kendaraan ini harus mampu meluncur dari Bumi menuju Bulan dan Mars, serta meluncur kembali dengan sendirinya dari Bulan atau Mars tanpa membutuhkan wahana lain. Wahana ini telah menjalani uji di situs pengujian Boca Chica, Texas Selatan, Amerika Serikat.
Tiga bagian
Sementara Blue Origin yang menjadi pimpinan tim bertugas membangun wahana pendarat. Wahana itu terdiri atas tiga bagian, yaitu elemen transfer yang akan membawa manusia dari orbit tinggi Bulan menuju orbit rendah Bulan, tahap penurunan yang akan menurunkan antariksawan dari orbit rendah menuju permukaan Bulan, dan tahap penaikan yang akan membawa manusia dari permukaan Bulan kembali ke wahana utama.
KOMPAS/BLUEORIGIN/TWITTER–Blue Origin yang ditunjuk Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sebagai salah satu mitra untuk misi pendaratan manusia di Bulan pada 2024 mengajukan New Glenn yang dilengkapi roket Vulcan ULA untuk mengirim manusia dari orbit, mendaratkannya ke Bulan, dan mengirimkannya kembali ke wahana utama.
Untuk tugas ini, Blue Origin yang didirikan Pimpinan Eksekutif Tertinggi Amazon Jeff Bezos menggandeng tiga perusahaan bidang antariksa lain, yaitu Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Draper. Empat perusahaan ini menyebut mereka sebagai Tim Nasional. Mereka telah merancang wahana pendarat yang dinamai New Glenn dan dilengkapi sistem roket Vulcan ULA.
Adapun Dynetics, perusahaan yang berbasis di Alabama, AS, berkewajiban membangun modul tunggal yang akan diluncurkan dari roket Vulcan. ”Desain modul tunggal ini unik, bisa membawa antariksawan ke permukaan Bulan paling dekat, baik untuk transfer maupun akses,” kata manajer program sistem pendaratan manusia Pusat Penerbangan Antariksa Marshall, NASA, Lisa Watson-Morgan kepada BBC.
Selama 10 bulan ke depan, NASA akan menilai kemajuan yang dicapai tiga tim tersebut. Pihak NASA akan menentukan tim mana yang menunjukkan misi demonstrasi awal. Selanjutnya, NASA akan mendorong salah satu atau lebih dari perusahaan tersebut untuk mematangkan sistem mereka dan melakukan uji terbang tambahan.
Misi jangka panjang
Selain itu, sejumlah elemen lain juga sedang dikembangkan untuk pengembangan misi jangka panjang ke Bulan. Antariksawan menuju Bulan menggunakan kapsul yang dinamai Orion dan diletakkan di atas roket peluncur Space Launch System atau SLS.
KOMPAS/DYNETICS/TWITTER–Dynetics, salah satu tim yang ditunjuk Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat untuk mendaratkan manusia di Bulan pada tahun 2024, mengajukan konsep wahana pendarat ke permukaan Bulan yang terdiri atas dua tingkat. Wahana ini tidak hanya menurunkan manusia ke Bulan, tetapi mengangkutnya kembali ke wahana utama.
NASA juga berencana membangun stasiun ruang angkasa kecil di orbit Bulan yang dinamakan Gateway, tempat yang bisa digunakan Orion untuk berlabuh dan melakukan proses sebelum pendaratan di Bulan dilakukan.
Namun, seperti dikutip BBC, program Gateway telah dihapus untuk misi pada 2024. Namun, Bridenstine mengatakan, Gateway sepertinya tidak akan digunakan hingga misi Artemis-3, tetapi penting untuk menjalankan misi berikutnya. ”Kami benar-benar membutuhkan Gateway,” katanya.
Meski demikian, kelanjutan program ini sangat membutuhkan dukungan Kongres AS. Hingga empat tahun ke depan, program Artemis ini diperkirakan memerlukan dana 35 miliar dollar AS atau sekitar Rp 525 triliun.
NASA kembali melakukan misi pendaratan di Bulan setelah 50 tahun meninggalkan Bulan. Misi terakhir yang mendarat di Bulan adalah Apollo 17 pada Desember 1972. Kini, NASA ingin mengembangkan misi jangka panjang dengan menjadikan Bulan sebagai tempat uji pendaratan manusia di Mars yang diharapkan bisa dilakukan pada dekade mendatang, tahun 2030-an.
”Kami tidak ingin kembali ke Bulan untuk meninggalkan bendera dan jejak kaki, lalu meninggalkannya selama 50 tahun. Kami ingin pergi ke Bulan secara berkelanjutan, untuk tinggal, dengan menggunakan wahana pendarat, robot, wahana penjejak dan manusia,” kata Bridenstine tahun lalu.
Oleh M ZAID WAHYUDI
Editor EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 3 Mei 2020